Ketua KONI Pusat Tanggapi Isu Penundaan Multievent

Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman ketika meninjau Venue Tenis di Jayapura, Papua

Penyebaran virus Corona atau Covid-19 semakin mengancam dunia. Terbukti Olimpiade Tokyo yang awalnya direncanakan hari ini ditunda menjadi tahun depan.

Di Indonesia sendiri penyebaran virus tersebut juga semakin meningkat. Per 2 April 2020, sudah 1.790 masyarakat Indonesia yang terinfeksi Corona. Sebanyak 112 telah sembuh dan 170 meninggal dunia. Padahal persis sebulan sebelumnya, hanya 2 orang yang positif Corona di Indonesia.

Legislator Berharap Penundaan PON XX

Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda minta pemerintah berikan kepastian soal penundaan PON.

“Kami meminta agar pemerintah segera memberikan kepastian atas penundaan pelaksanaan PON Papua. Jangan sampai dengan para pemangku kepentingan olahraga nasional, mulai dari atlet, pelatih, dan ofisial cabang-cabang olahraga terkatung-katung menunggu kepastian pelaksanaan PON,”, ujar Juru bicara DPP PKB.

Selain itu, desakan penolakan juga datang dari anggota Komisi X DPR RI dari PAN, Abdul Hakim Bafagih. Ia mendesak pemerintah dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) agar tunda Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua tahun ini.

Abdul merujuk Perppu no. 1 Tahun 2020 tentang Kebijaka Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.

“Perppu ini memberikan pondasi bagi pemerintah untuk emlakukan langkah luar biasa dalam menjamin kesehatan masyarakat dan menjadi panduan bagi semua pihak di pemerintahan untuk selamatkan perekonomian nasional dan stabilitas keuangan terkait penanganan pandemi virus corona.”, jelasnya di Kediri, Jawa Timur.

Pesan KONI Pusat Terkait Penundaan Olimpiade

Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) ingin para atlet, pelatih, dan pimpinan cabang olahraga segera melakukan penyesuaian-penyesuaian terkait penundaan Olimpiade.  

“Saya mengharapkan para palatih, pimpinan cabor segera melakukan penyesuaian-penyesuaian, karena tentunya ini dikaitkan dengan puncak prestasi atlet yang tadinya disiapkan puncaknya pada Olimpiade, karena diundur 1 tahun tentunya pimpinan cabor dan para pelatih akan segera melakukan langkah-langkah penyesuaian.”, terang Ketua Umum KONI Pusat, Letjen TNI (Purn.) Marciano Norman.

Tanggapan KONI Pusat Terkait Pengalihan Anggaran PON

Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua yang direncanakan dibuka 20 Oktober mendatang juga terancam ditunda. Kondisi penyebaran Corona di Indonesia menjadi alasannya. Dibutuhkan dana yang banyak untuk dialokasikan pada penanganan virus tersebut.

Menanggapi hal tersebut, KONI Pusat serahkan sepenuhnya kepada pemerintah jika alokasi untuk PON tahun ini dialihkan untuk penanganan Corona.

“Apabila dari kebijakan yang diambil dalam mengatasi masalah ini diharuskan mengalihkan anggaran yang disiapkan untuk PON 2020, tentunya KONI Pusat menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah setelah berkoordinasi dengan PB.PON dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).”, jelas Ketua Umum KONI Pusat.

Langkah KONI Pusat terkait PON

PON XX di Papua diharapkan diselenggarakan tepat waktu jika dengan kondisi yang aman. Sang Ketua Umum KONI Pusat inginkan keamanan dalam hal ini keselamatan menjadi prioritas pertama. Masyarakat Papua, atlet, pelatih, ofisial dan orang-orang yang terlibat PON harus dijamin keamanannya dari ancaman Covid-19.

KONI Pusat sendiri melakukan evaluasi ketat terhadap pelaksanaan PON XX dan berkoordinasi dengan seluruh pihak terlibat PON. Marciano berharap upaya dalam penanganan Corona berhasil.

“Semoga upaya Pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mengatasi masalah ini bisa berhasil dengan baik sehingga berbagai program penyelenggaraan event olahraga dapat berjalan kembali sesuai harapan kita semua.”, jelas Ketua Umum KONI Pusat akan harapannya.

Menjelang mendekati pelaksanaan PON, KONI Pusat akan pertimbangkan masukan dari pihak lain. “Kita lihat menjelang masa-masa mendekati pelaksanaan PON. Kami akan mendengarkan sepenuhnya dari Menteri Kesehatan dan juga dari Menteri Pemuda dan Olahraga.”, tegasnya.

Adapun kondisi masukan yang diterima akan dipertimbangkan dengan baik oleh KONI Pusat. “Apabila ada dinamika yang mengharuskan kita mengambil langkah yang mengutamakan keselamatan, keamanan bagi seluruh peserta PON dan masyarakat yang ada di Papua, tentunya KONI Pusat akan segera lakukan penyesuaian-penyesuaian.”, jelasnya.

Hingga saat ini, menurutnya persiapan PON XX sudah sesuai rencana terutama pembangunan venue. Diharapkan pembangunan dapat tetap berjalan dan tidak jauh tertundanya.

“Menghadapi situasi yang sulit ini, kebersamaan adalah salah satu kuncinya dan menjaga informasi pada posisi yang sama itu menjadi hal yang sangat penting.”, harapnya agar seluruh pihak terlibat (KONI Pusat dengan Kemenpora, KONI Provinsi, Induk Cabor, PB.PON)  dapat berkoordinasi dengan baik.

Marciano juga berpesan kepada para atlet yang tengah melakukan persiapan. “Untuk para atlet tentunya telah diambil keputusan, mereka melakukan kegiatan di tempat latihan masing-masing (apabila masih dalam Pelatda). Tetapi apabila tidak di Pelatda, mereka melakukan latihan yang diarahkan pelatihnya masing-masing.”, himbaunya.

Prediksi Berakhirnya Corona

Di dalam negeri, telah ada beberapa penelitian lebih lanjut khusus di Indonesia. Beberapa matematikawan dari 3 universitas terkemuka di Indonesia telah melakukan kajian terkait berakhirnya virus Corona.

  1. Pakar permodelan matematika Universitas Gajah Mada (UGM) prediksi Corona akan sentuh angka total sebanyak 6.174 kasus di akhir pandemic yakni akhir Mei 2020. Mereka gunakan model probabilistic data driven model (PDDM).
  • Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) prediksi epidemic Corona akan memuncak pada pertengahan April 2020. Pandemi tersebut diprediksi berakhir di Indonesia pada akhir Mei 2020 hingga awal Juni 2020. Penelitian ITB menggunakan Model Richards Curve.
  • Tak kalah dari UGM dan ITB, Ikatan Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia (UI) membuat rilis terkait akhir pandemic Corona. Kali ini, matematikawan UI gunakan model yang berbeda juga yakni SIRU. Lebih menariknya, pada kajian tersebut, terdapat 3 skenario yakni:

Skenario pertama jika Per 1 April 2020, tidak ada kebijakan signifikan dan tegas kurangi interaksi antar manusia (seperti biasa tanpa pencegahan): Pandemi berakhir pada Agustus – awal September 2020.

Skenario kedua jika Per 1 April 2020, kebijakan ada namun kurang tegas dan kurang strategis dalam kurangi interaksi antar manusia, di tambah masyarakat kurang disiplin: Pandemi berakhir pada akhir Juni – awal Juli 2020.

Skenario ketiga jika Per 1 April 2020, kebijakan tegas dan strategis sehingga berhasil kurangi interaksi antar manusia, di tambah masyarakat disiplin: Pandemi berakhir pada Mei – awal Juni 2020.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *