Syamsul Anwar: Atlet Jangan Gampang Menyerah pada Keadaan
MEDAN – Legenda tinju nasional asal Sumatera Utara, Syamsul Anwar Harahap, berpesan agar para atlet yang kini bertanding di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumut jangan mudah menyerah pada keadaan untuk meraih prestasi yang terbaik di arena internasional.
Menurut Syamsul, seorang atlet dituntut kreatif untuk menyikapi keterbatasan sarana berlatih di daerahnya. Ia juga berpesan agar para atlet disiplin, berlatih keras, berkomitmen kuat, dan berusaha keras untuk mencapai prestasi maksimal.
Syamsul memaparkan awal mula ia menekuni olahraga tinju sebagai seorang anak yang terkena penyakit polio. Lengan kirinya tidak dapat diangkat ke atas sebagaimana tangan kanannya, tutur Syamsul sambil memperagakan kekurangan fisiknya pada kesempatan konferensi pers di Medan, Senin (16/9).
Mantan petinju nasional yang berasal dari Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara ini, mengaku ketika SMP ikut pamannya ke Rantau Parapat. “Setiap hari tugas saya membersihkan sasana tinju tempat paman saya, Paruhum Siregar, melatih. Suatu ketika saya ulang tahun, dan tidak ada yang memberi hadiah,” katanya mengenang.
Syamsul yang merasa sedih pada keadaan yang dialaminya, melampiaskan kesedihannya dengan memukul samsak sendirian. Rupanya sang paman yang tak lain adalah juara Asian Games 1962, mendengar dan melihatnya memukul sansak sendirian.
Sang paman esoknya memanggilnya untuk ikut berlatih tinju. Mulanya Syamsul berpikir ajakan itu sebagai kelakar belaka karena ia memiliki kekurangan fisik. Namun, sang paman agaknya serius setelah melihat ia memukul sansak. Sejak itulah ia menekuni tinju dalam keadaan tangan kirinya tak dapat diangkat.
Tekadnya untuk menjadi petinju membuatnya berlatih keras dan sangat disiplin. Ia sangat haus latihan sehingga terkadang di tengah malam pun ia berlatih. Ia juga kerap berlari menempuh jarak berkilo-kilometer menyusuri jalanan di Kota Parapat dan sekitarnya.
Setelah menjadi petinju, ia berhasil menaklukkan satu demi satu lawannya. Satu demi satu turnamen dan kejuaraan dia ikuti hingga menjadi petinju nasional. Ia berjuluk buldozer karena pukulan maut tangan kirinya dan gaya bertinjunya yang pantang menyerah dan tak kenal takut.
Syamsul pernah mengalahkan petinju kenamaan Amerika, Thomas Hearn, sewaktu masih bertinju di kancah tinju amatir, pada Turnamen Piala Presiden di Jakarta, 1976. Syamsul mengaku belajar banyak dari legenda tinju dunia Muhammad Ali dan bintang film Kung Fu, Bruce Lee.
Khusus bagi atlet Sumatera Utara terutama atlet tinju, Syamsul berpesan agar menjadi petinju pemberani, pandai memukul dan menghindari pukulan lawan. Ia meminta petinju Sumut jangan gampang menyerah pada keadaan. Yang juga sangat penting adalah memaksimalkan kelebihannya untuk menaklukkan semua lawan di setiap pertandingan. ***