Sejak 1938, KONI Tidak Pernah Absen Melakukan Pembinaan Olahraga Prestasi
Kini Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) telah menginjak usia ke-86 dan sepanjang usia itu olahraga terus menjadi sarana perjuangan bangsa. Pasalnya, prestasi para atlet mampu mengharumkan nama daerah dan juga negara yang diwakilinya.
Satu target yang harus ditetapkan baik atlet maupun pengurus organisasi pembina olahraga beserta pemerintah serta seluruh pihak adalah meraih prestasi terbaik untuk bangsa dan negara yang kita cintai. Begitu penjelasan Ketum KONI Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman pada jumpa pers hari Jumat tanggal 1 November 2024.
“Dalam perjalanannya mulai tahun 1938, KONI tidak pernah absen melakukan pembinaan olahraga prestasi! Oleh karena itu, kami bertekad untuk terus memberikan pengabdian terbaik untuk bangsa dan negara dengan melaksanakan amanah yang diberikan,” tegas Ketum KONI Pusat merujuk sejarah dan perundangan yang berlaku.
Rasa persatuan untuk mencapai target menjadi penting dimiliki. “Pada upaya mengantar atlet mencapai prestasi puncaknya, dibutuhkan persatuan dan kesatuan diantara kita. Kita ‘Bersatu untuk Berprestasi’. Mengantar atlet-atlet kita meraih cita-citanya yaitu jadi juara dunia baik dalam single/multi event dunia seperti Olimpiade,” lanjutnya.
Hal yang paling dibutuhkan atlet untuk berprestasi setelah melaksanakan latihan, adalah kompetisi. KONI Pusat memiliki 5 Agenda multievent nasional sekarang, di samping Pekan Olahraga Nasional (PON) yang telah terselenggara sebanyak 21 kali dan rutin setiap 4 tahun. Beberapa multievent selain PON merupakan terobosan KONI Pusat, antara lain Pekan Olahraga Bela Diri Nasional (Indonesia Martial Art Games/IMAG), Pekan Olahraga Pantai Nasional (Indonesia Beach Games), Pekan Olahraga Indoor (Indonesia Indoor Games), dan PON Remaja (Indonesia Youth Games) yang diselenggarakan di kabupaten/kota setiap 2 tahun.
Nantinya PON akan ditingkatkan kualitasnya seperti ada standar tertentu bagi atlet-atlet yang berlaga di PON, dan tentunya cabang olahraga yang dipertandingkan semakin fokus dengan sasaran Indonesia di kancah dunia. “Pada PON XXII/2028 di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), nanti kita mulai mengarah cabang olahraga yang dipertandingkan adalah cabang olahraga Olimpiade. Jadi nanti jumlahnya tidak banyak di PON,” terang Marciano.
“Tapi kita wadahi cabor-cabor yang tidak bertanding pada PON, mereka dapat ikut di Pekan Olahraga Bela Diri Nasional (Indonesia Martial Art Games/IMAG), Pekan Olahraga Pantai Nasional (Indonesia Beach Games), Pekan Olahraga Indoor (Indonesia Indoor Games), dan PON Remaja (Indonesia Youth Games),” lanjutnya menyinggung peran multievent nasional terobosannya.
Di sisi lain, KONI mendorong tata kelola organisasi anggotanya, baik KONI Provinsi yang membawahi KONI Kabupaten/Kota dan juga induk cabang olahraga yang menaungi pengurus provinsi sampai kabupaten/kota. Dengan tata kelola organisasi yang baik, program pembinaan juga semakin produktif menghasilkan atlet berkualitas. Apabila atlet di tingkat kabupaten/kota sudah baik, maka yang dipertandingkan di tingkat provinsi serta menjadi juara merupakan atlet yang betul-betul terbaik.
“KONI fokus untuk lebih menata kembali kejuaraan-kejuaraan di tingkat provinsi, di tingkat kabupaten/kota supaya pada tingkat nasionalnya di PON, itu lahir juara-juara yang standarnya internasional. Jangan dia juara nasional tapi standarnya jauh dari yang kita harapkan,” kata Ketum KONI Pusat tetapkan target. Tak ketinggalan, diingatkan juga agar daerah dapat tepat membina cabang olahraga unggulan.
“Tidak mungkin kita mengantar atlet meraih prestasi tanpa tata kelola organisasi cabang olahraga maupun KONI yang baik.,” ujar Marciano.
“Mencapai hasil yang kita harapkan itu, dibutuhkan keberanian untuk melakukan transformasi organisasi. Transformasi itu melakukan perubahan-perubahan menuju kebaikan. Saya bisa beri contoh satu cabang olahraga yang melakukan transformasi dan berhasil baik adalah PB.PABSI, yang mana pada saat itu angkat besi, angkat berat dan binaraga itu jadi satu tetapi setelah mereka melakukan transformasinya (mengikuti federasi internasional), angkat besi berdiri sendiri, angkat berat berdiri sendiri, kemudian binaraga berdiri sendiri. Angkat besi ini langsung ngangkat luar biasa prestasinya dengan berhasil mempersembahkan medali emas angkat besi Olimpiade pertama untuk Indonesia,” jelasnya.
Persatuan antara pelaku olahraga prestasi dengan pihak lain juga harus semakin baik, salah satunya dengan akademisi. “Menarik mengajak untuk universitas yang mempunyai Fakultas Ilmu keolahragaan terlibat langsung bersama KONI Provinsi bersama KONI Kabupaten/Kota, cabang olahraga agar mampu menerapkan Sport Science secara optimal,” terang Ketum KONI Pusat yang telah bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi pada 1 November 2024. Akademisi harus menjadi ‘Think Tank’ bagi organisasi pembina olahraga.
Sebagai bukti konkret, Jawa Barat tiga kali berturut menjadi juara umum PON (XIX/2016 Jawa Barat, XX/2021 Papua, XXI/2024 Aceh-Sumut) berkat keterlibatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Belum cukup dengan akademisi, media juga diajak bersatu oleh KONI Pusat untuk bersinergi mendukung pembinaan olahraga sebagai Sport Intelligence. Targetnya mampu memberikan masukan terkait pembinaan dan juga mampu merajut masyarakat dalam hangatnya persatuan olahraga. “Kita dapat bersinergi untuk mendorong prestasi atlet Indonesia untuk memenuhi harapan masyarakat pencinta olahraga, berharap Patriot-Patriot olahraga kita, pejuang-pejuang di masa damai kita, ini dapat mengangkat harkat martabat Bangsa Indonesia pada keikutsertaan mereka pada single/multi event internasional,” terang Marciano.
“Pada masa damai seperti ini olahraga memegang peran yang sangat penting, di samping olahraga itu menjadi pemersatu bangsa,” pesan Ketum KONI Pusat.
Video