Forum Diskusi ISSS 2025 Bahas Optimalisasi Fasilitas Olahraga untuk Menggerakkan Ekosistem Olahraga Indonesia
Oleh : Nararya Khalil Rusyda
Diskusi akhir pada Indonesia Sport Synergy Summit (ISSS) Tahun 2025 mengangkat tema “Optimalisasi Fasilitas Olahraga sebagai Motor Penggerak Ekosistem Olahraga, Hiburan dan Ekonomi”. Mengacu judul tersebut, terdapat potensi pengembangan ekosistem olahraga bila ada fasilitas yang mumpuni.
“Asian Games bukan sekadar tentang medali dan prestasi, tetapi juga soal warisan infrastruktur yang ditinggalkan,” terang Sekjen KONI Pusat Drs. Tb. Lukman Djadjadikusuma, MEMOS dalam diskusi ketiga ISSS 2025 pada tanggal 5 September 2025.
Pria yang akrab disapa Ade Lukman menekankan pentingnya optimalisasi fasilitas olahraga agar tetap bermanfaat bagi masyarakat setelah ajang selesai. Fasilitas olahraga harus dapat dinikmati masyarakat luas, secara khusus harus dapat digunakan untuk kegiatan pembinaan atlet.
Sejatinya venue berkualitas dapat digunakan para atlet berlatih dengan maksimal, diantaranya dapat menjadi tempat ketika menyelenggarakan single/multievent internasional. Bertanding dengan atlet lebih banyak, terutama beda negara, akan meningkatkan pengalaman dan mental juara atlet.
“Pada 1962, Jakarta pertama kali menjadi tuan rumah Asian Games dan sukses mengangkat reputasi Indonesia di kancah internasional. Lebih dari lima dekade kemudian, Asian Games 2018 menghasilkan infrastruktur modern sekaligus penguatan identitas bangsa melalui Sport Tourism, City Branding, dan promosi budaya,” terna kejen KONI Pusat.
Narasumber lain dari PT.Pembangunan Jaya Ancol TBK. Hadir Komisaris Utama, Irfan Setiapura yang menyoroti bahwa olahraga kini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Oleh karena hal tersebut, maka Ancol menghadirkan fasilitas olahraga terintegrasi hiburan dan pariwisata.
Ke depan, Ancol juga merencanakan perluasan fasilitas dan integrasi dengan transportasi publik, termasuk MRT. Strategi ini memperkuat posisi Ancol sebagai destinasi rekreasi yang terintegrasi sehingga memudahkan akses pengunjung.
Rakhmadi Afif, Direktur Utama Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPK GBK), menjelaskan pengelolaan GBK berbasis Badan Layanan Umum (BLU), memungkinkan Pelatnas memanfaatkan fasilitas gratis untuk pembinaan olahraga. GBK memiliki 32 venue aktif dan terbagi menjadi fungsi olahraga, komersial, dan pemerintahan, mendukung ratusan kegiatan setiap tahun.
PPK GBK juga mengoptimalkan GBK untuk kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi melalui peremajaan lapangan, sistem manajemen pintar, integrasi transportasi, dan energi terbarukan. Konsep ini ingin diterapkan di daerah lain agar manfaat fasilitas olahraga lebih merata di seluruh Indonesia.
Keberlanjutan menjadi fokus utama GBK dengan program pengurangan sampah plastik, daur ulang, dan energi ramah lingkungan. Prioritas juga diberikan pada sarana, keamanan, kenyamanan, dan estetika sehingga GBK menjadi contoh pengelolaan fasilitas publik yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.