Icuk Sugiarto: Prestasi Hebat Hanya Dapat Diraih Melalui Upaya Luar Biasa
MEDAN – Legenda bulu tangkis putra Indonesia, Icuk Sugiarto, mengungkapkan bahwa prestasi luar biasa seorang atlet hanya dapat diraih melalui usaha yang luar biasa pula. Juara Dunia Bulu Tangkis tunggal putra 1983 dan penggiat olahraga nasional ini menegaskan bahwa seorang juara bukan muncul tiba-tiba dan bukan hasil instan atau seketika.
Menurutnya, seorang juara merupakan hasil tempaan melalui proses panjang, berliku-liku, dan tak kenal lelah. Ia mencontohkan dirinya yang mengawali karier sebagai atlet, yang telah melewati perjalanan panjang, berjenjang, disiplin, dan kerja keras tanpa henti.
Icuk membagikan pengalamannya pada konferensi pers di Medan, Minggu (15/9). Konferensi pers tersebut dipandu oleh Raja Parlindungan Pane, Ketua Bidang Media Panitia Pengawas dan Pengarah PON XXI/2024 Aceh-Sumut untuk wilayah Sumatera Utara.
Sewaktu mengawali karier sebagai atlet nasional, Icuk mengaku terbiasa pulang latihan lari dari Senayan menuju Ragunan, tempat sekolah atlet di Jakarta. “Terkadang saya berlari sampai harus buka baju karena udara panas, dan melewati kerumunan orang yang baru pulang dari kantor, berbaju rapi dan berdasi,” ungkapnya.
Bagi Icuk, olahraga adalah jalan hidupnya. Berlatih bagi dia sama halnya dengan orang bekerja. Icuk mengaku sepatu dan celana pendek menjadi perlengkapannya bekerja. Karena itu, ketika ia berlari menyusuri jalanan di Jakarta sepulang latihan, hal tersebut menjadi ujian mental baginya.
Dengan berlari di kondisi seperti itu, Icuk mengaku tidak merasa tertekan. Itu sebabnya ketika bertanding di lapangan yang disaksikan banyak orang, ia juga tidak merasa tertekan. Icuk menegaskan bahwa tampil di lapangan dengan penuh percaya diri dan keyakinan adalah kunci untuk memenangkan pertandingan.
Icuk juga mengakui bahwa kancah Pekan Olahraga Nasional (PON) memberikan andil besar dalam perjalanannya sebagai atlet. Ia pertama kali mengikuti PON pada PON X di Jakarta, 1981. Prestasi terbaik yang ia bukukan di PON itu dilanjutkan dengan latihan keras, disiplin, dan spartan, yang menghantarkannya menjadi juara pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis IBF di Copenhagen, Denmark, 1983.
Meskipun kemudian meraih prestasi tertinggi di Copenhagen, Icuk masih mengikuti beberapa kali PON sebagai atlet maupun pembina. “Arena PON telah membesarkan saya, karenanya saya tidak mau melupakan PON,” jelasnya.
Oleh karena itu, pada kesempatan menghadiri PON XXI/2024 di wilayah Sumatera Utara, ia ingin membagikan pengalamannya kepada para atlet muda. Para atlet yang kini tampil di PON diharapkan dapat mengikuti jejaknya: berlatih keras, disiplin, tak kenal lelah, dan meraih prestasi dunia.
Ia berpesan agar para juara PON XXI jangan cepat berpuas diri dengan medali dan bonus yang diterima. “Terus berlatih keras, disiplin dalam banyak hal, dan percaya diri,” tuturnya lagi.
“Atlet hebat tidak mesti lahir dari keluarga kaya, anak pejabat, atau anak konglomerat. Semua atlet berpeluang dan dapat menjadi juara dunia. Contohnya adalah juara panjat dinding dan angkat besi Olimpiade Paris dari Kalimantan Barat dan Banten,” sambungnya.
Ia juga menegaskan bahwa menjadi atlet hebat dapat menjamin kehidupannya. “Kalau ada atlet berprestasi hebat kemudian hidup menderita, itu pasti karena kesalahannya dalam mengelola uang yang ia dapatkan dan salah dalam memilih teman bergaul,” pungkasnya. ***