KONI Pusat Gelar Webinar Peringatan ‘International Women’s Day 2025’ Targetkan Olahraga Indonesia Ramah Perempuan

Webinar bertema ‘Perempuan, Perjuangan, dan Puncak Prestasi’ diselenggarakan pada Sabtu 15 Maret 2025, dalam rangka memperingati ‘International Women’s Day’ Tahun 2025. Penyelenggaranya adalah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat bersama dengan mitra medianya, Gerakita dan bekerja sama dengan Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI), Strong Sisters, dan Scholars of Indonesia China Network (SINO).

Kegiatan diskusi secara virtual yang memperingatkan Hari Perempuan Internasional itu menjadi yang pertama dalam sejarah KONI Pusat. Peran perempuan dalam Indonesia olahraga sangat strategis. Faktanya pada olahraga prestasi, medali Olimpiade pertama Indonesia diraih oleh tiga Srikandi Panahan yaitu Nurfitryana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani pada Olimpiade Seoul 1988. Selanjutnya, medali emas pertama Olimpiade Indonesia juga diraih oleh Atlet Bulu Tangkis Putri Susi Susanti. Pada cabang olahraga sepak bola, peringkat dunia FIFA Timnas Putri lebih tinggi, masuk 100 besar dunia.

Di dalam negeri, pada puncak multievent olahraga Indonesia yakni Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatra Utara (Sumut) jumlah atlet putri berimbang dengan jumlah putra. Hal tersebut membuktikan betapa besar peran perempuan dalam olahraga prestasi Indonesia.

Selain bentuk apresiasi kepada perempuan, kegiatan yang diharapkan berlanjut berkesinambungan ini juga dapat menjangkau komunitas perempuan lebih luas dan inklusif, agar dapat memberikan masukan yang konstruktif demi olahraga Indonesia yang lebih baik. Begitu yang disampaikan perwakilan Wakabid Media dan Humas KONI Pusat Tirto Prima Putra, sebagai perwakilan KONI Pusat pada kegiatan tersebut bersama Wakabid Binpres Dr. Jajat Darajat Kusumah Negara.

Perempuan muda terbaik bangsa turut menjadi pembicara pada webinar kali ini. Dimulai dari moderator dari perwakilan Strong Sisters, yakni Nisa Alala. Dengan kehandalannya, Nisa memandu diskusi dengan baik, bersama Presiden SINO yang juga wasit Rugby, Salsa Senja dan juga atlet kebanggaan Indonesia, Triyaningsih.

Tantangan Perempuan dalam Olahraga

Olahraga Indonesia Ramah Perempuan menjadi salah satu harapan dari diskusi kali ini. Sebagaimana kita tahu, keadilan gender harus diupayakan agar terwujud.

Salsa sempat bercerita bahwa sempat di pandang sebelah mata ketika menjadi wasit, memimpin laga Rugby putra internasional. Di awal terjadi diskriminasi hingga pemain ragu Salsa mampu memimpin laga, bahkan mengajukan pergantian wasit. Bagi Salsa, ada dua hal yang membuatnya di pandang sebelah mata, pertama karena perempuan dan kedua karena dari Asia.

Triya juga sampaikan keluhan dimana dahulu kala, sempat ada ‘batasan’ bagi atlet perempuan. Meski begitu, ‘Women in Sport’, yang mempromosikan keadilan sudah semakin baik. “Perempuan dalam olahraga/ ‘Women in Sport’ sudah cukup diterima dan dilihat, hanya saja beberapa masih harus diperbaiki,” jelas Triya.

“Yang menjadi perhatian saya mungkin jika perempuan berolahraga memakai baju olahraga (yang seksi) itu mendapat Cat Calling, dan itu sedikit membuat perempuan tidak nyaman, dan itu menjadi hal yang sering ditemukan di Indonesia,” ujar Triyaningsih merujuk pada perilaku pelecehan seksual.

Bangkit Berjuang Meraih Prestasi

Menghadapi tantangan yang ada, para narasumber berprestasi tersebut memilih untuk bangkit dan meraih puncak prestasi.

“Aku berharap perempuan juga untuk jangan banyak berpikir, Lakukan aja!,” tegas Triya. Sebagai perempuan, jangan mau kalah!,” sambungnya.

“Kalau kita tidak diberikan kesempatan, kita buka sendiri,” pesan Salsa. “Pendapat orang lain nggak penting, yang menentukan dirimu itu ya kamu,” lanjutnya memberikan pesan.

Integritas dan kemampuan menjadi kunci untuk bangkit meraih prestasi. “Saya juga sering diremehkan, saya saat S2 dan S3 terbilang muda, di ruangan saya paling muda dan perempuan satu-satunya, bagaimana membuktikan mampu, yang pertama, harus ada integritas,” terangnya.

Salsa ceritakan bagaimana kinerjanya mampu mengubah keraguan pemain yang bertanding justru tunduk kepadanya sebagai wasit. “Waktu saya jadi wasit dan saya benar (memahami aturan dan menerapkan dengan tegas), mereka tunduk. Mau laki-laki atau perempuan apabila kita bagus, ya akan bagus,” terangnya. Ia menambahkan diminta wasit laga internasional selanjutnya.

Kini, Salsa juga menjadi pemimpin SINO. “Semua pengurus saya laki-laki dan saya presidennya, kita itu bisa jadi pemimpin,” ujar alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Tak ketinggalan, Triya juga memberikan saran bagi para perempuan dalam menghadapi potensi pelecehan seksual. “Pelecehan seksual di olahraga cukup mengganggu, tapi kita hadapi dengan lari bersama komunitas, lari jangan sendirian, kalau mau sendirian cari tempat aman,” pesannya agar para perempuan terjaga.

Harapan Olahraga Indonesia ke Depan

Sebagai pelaku olahraga hingga saat ini, Triyaningsih melihat sudah ada perubahan signifikan pada perempuan dan olahraga. “Sisi patriarki sudah mendarah daging, tapi lambat laun akan berkurang, pada saatnya perempuan ada di posisi sama, equal.,” kata Triya. “Olahraga untuk perempuan akan bagus untuk ke depannya, Equality Gender di olahraga sudah bisa di terima, sudah semakin baik,” sebut Triya.

“Aku berharap di Indonesia sudah sangat ramah, banyak olahraga laki-laki bisa juga untuk perempuan,” tambah Triya.

Equality juga disinggung Salsa sebagai harapan ke depan merujuk pengalamannya. “Pada kenyataannya saya mengalami sendiri bahwa kita perempuan itu mampu bersaing dan menjadi setara, siapa yang menyangka bahwa saya saat ini bisa menjadi presiden sebuah organisasi yang cukup besar pada semua bidang keilmuan di Cina, jadi menurut saya kalau kita perempuan tidak diberikan kesempatan kita harus bisa memulai dan buktikan bahwa kita berhasil mematahkan pandangan itu,” ungkap Salsa mahasiswa PhD di Tsinghua Univeristy.

Selain itu, sebagai akademisi, Salsa juga berharap Indonesia memiliki perhatian terhadap fasilitas olahraga, terutama berkaitan dengan Sport Science. “Kenyataannya kita belum punya laboratorium yang bagus untuk Sport Science, di Cina satu fakultas bisa satu gedung sendiri. Beberapa cabang olahraga punya laboratorium sendiri.,” ungkapnya sembari menyinggung masih terbatasnya ahli Sport Science di Tanah Air.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *