KONI Pusat Segera Jalin Kerja Sama Keolahragaan dengan Cina

Cina merupakan salah satu negara terkuat dalam hal olahraga di dunia. Terbukti bahwa pada Olimpiade Paris 2024, Cina tempati peringkat kedua setelah Amerika Serikat dengan perolehan medali emas sama-sama 40. 

Sebagai pembeda, perolehan medali perak dan perunggu Cina lebih sedikit dibandingkan Amerika Serikat. Negeri Paman Sam memperoleh 44 medali perak sedangkan Cina meraih 27 medali perak. Perunggu diraih Amerika Serikat 42 medali perunggu sedangkan Cina meraih 24 medali perunggu. 

Melihat hal tersebut Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat ingin belajar dan bekerja sama agar kualitas prestasi Indonesia lebih baik ke depan. Hal tersebut diungkapkan ketika Ketum KONI Pusat menerima Presiden Scholars of Indonesia China Network (SINO) Qonidah Salsabila Senja pada tanggal 24 Januari 2025. 

Sebagai salah satu alumni, Salsa didampingi profesor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. H. Yunyun Yudiana dan Prof.Dr. Yusuf Hidayat. Kedua profesor tersebut juga pengurus KONI Jawa Barat. Kemudian hadir juga Harsen Roy Tampomuri yang merupakan ahli kebijakan politik dan punggawa KSP era terdahulu. 

Pertemuan tersebut diinisiasi Roy dan pengurus Media dan Humas KONI Pusat yang sudah menjalin komunikasi sejak persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara Tahun 2024. Tujuannya membuat kolaborasi Indonesia & Cina yang berdampak signifikan terhadap olahraga Indonesia. 

Mengawali pertemuan tersebut, Salsa ceritakan bagaimana majunya Cina dalam hal olahraga. Bahkan pada usia dini, guru konseling berperan mengarahkan anak-anak untuk menjadi atlet, bahkan diarahkan sesuai dengan potensi atlet. 

Di sisi lain, syarat untuk masuk universitas, juga menyertakan kebugaran. Melihat kemajuan tersebut, Salsa terpanggil agar negaranya bisa belajar untuk menjadi lebih berprestasi.

“Saya Salsa selaku Ketua Umum SINO sekaligus mahasiswa S3 Tsinghua University alumni S2 Beijing Sport University, siap membantu KONI Pusat untuk bekerja sama dengan universitas-universitas olahraga di Cina demi membangun kerja sama di bidang olahraga prestasi yang sudah diinisiasi oleh KONI Jabar dengan Beijing Sport University (BSU), Capital of Physical Education dan Tsinghua Univeristy,” tegasnya.

Respons Ketum KONI Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman juga sangat positif. “Saya rasa ini luar biasa,” tegasnya.

“Saya minta tahun 2025 ini, sesegera mungkin dibuka peluang untuk bekerja sama, nanti KONI Pusat menghubungkan dengan universitas-universitas yang ada jurusan Keolahragaan,” tambah Marciano merujuk kerja sama dengan Forum Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) di Indonesia. 

“Kami ingin berkunjung ke universitas serta fasilitas olahraga bersama forum dekan, serta pengurus yang berhubungan dengan Sport Science,” sambungnya. 

Marciano apresiasi dukungan & peran negara Cina untuk olahraga. “Kehadiran negara dalam pembinaan olahraga di Cina itu lebih dari yang lain,” pujinya. “Pembinaan tidak terlepas dari dukungan pemerintah,” lanjutnya. 

Sebagaimana perbandingan, merujuk CNBC Indonesia anggaran belanja olahraga Cina tahun 2019 jika dirupiahkan sekitar Rp 20 triliun sedangkan Indonesia pada 2021 melalai Kemenpora yakni Rp 2,3 milyar yang untuk khusus olahraga hanya Rp 322,6 juta. 

Akan tetapi Ketum KONI Pusat optimistis bahwa ada jalan untuk menyiasati hal tersebut, salah satunya dengan bekerja sama yang intens di samping membangun kerja sama industri olahraga. Menurut Salsa, Cina juga berpotensi melakukan investasi industri olahraga di Tanah Air. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *