Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Gelar Sarasehan Dengan Dewan Guru : Upaya Menulis Sejarah dan Perkembangan Taekwondo Yang Lebih Utuh dan Obyektif.

Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Letjen TNI (Purn) H. M. Thamrin Marzuki mengungkapkan pentingnya keluarga besar taekwondo Indonesia memahami sejarah dan perkembangan taekwondo Indonesia yang utuh, obyektif dan faktual. Hal tersebut menurutnya penting karena fakta sejarah menjadi refleksi, sekaligus inspirasi penting bagi generasi saat ini untuk mengambil berbagai makna positif dari sejarah dan perkembangan taekwondo di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum PBTI saat membuka sarasehan bersama dewan guru, pendiri dan tokoh-tokoh senior taekwondo Indonesia, di Hotel Santika Premiere,Slipi ,Jakarta Selatan.

Menurut Ketua Umum PBTI, sejarah taekwondo harus dibakukan dan dibukukan. Ini penting untuk menjadi bekal bagi para generasi penerus kita. Khususnya terkait peninggalan mereka akan nilai-nilai filosofi perjuangan membangun eksistensi dan membesarkan taekwondo di Indonesia.

“Tentu filosofi perjuangan itu kita bisa lihat secara eksplisit dari loyalitas, dedikasi, pengorbanan dan esprit de corps (jiwa korsanya) mereka membangun dan membesarkan taekwondo, hingga bisa menyaksikan buah perjuangannya hingga saat ini.” Ujar Thamrin.

Generasi saat ini harus paham dan sadar akan hal itu. Bahwasanya “sejarah hari ini sebenarnya ditentukan oleh perjuangan para pendiri dan dewan guru kita di masa lalu, dan sejarah apa yang akan terjadi kedepan tentang eksistensi taekwondo Indonesia, tergantung legacy (apa yang kita tinggalkan) pada hari ini untuk generasi mendatang”.

Selain itu, menurutnya tujuan PBTI mengumpulkan para tokoh pendiri dan dewan guru taekwondo Indonesia ini tiada lain adalah untuk kepentingan organisasi, yakni menyusun dan membukukan sejarah perkembangan taekwondo Indonesia secara lebih terstruktur dan ilmiah. Harapannya dengan penyusunan sejarah yang dibukukan secara tertulis, obyektif, terstruktur dan ilmiah, tentu akan sangat berguna sebagai acuan referensi bagi para praktisi taekwondo Indonesia.

Diketahui bahwa saat ini sudah begitu banyak para praktisi taekwondo Indonesia mengambil riset penelitian untuk tugas akhir, skripsi bahkan tesis dan disertasi tentang cabor taekwondo. Dan berdasarkan hasil laporan kami, bahwa problem akademis yang dihadapi oleh mereka yang mengambil studi risetnya tentang taekwondo adalah sama. Yakni tidak utuh dan tidak detailnya tentang sejarah taewondo Indonesia.

“Seperti ada potongan-potongan peristiwa yang belum terstruktur dan tersusun rapi. Banyak kisah tentang sejarah taekwondo, namun tertulis pada opini pribadi masing-masing tokoh yang merasa hidup dizamannya.” Terang Thamrin.

Dalam konteks itulah gagasan sarasehan ini dilakukan. Setidaknya menurut Thamrin, PBTI akan mulai mengkonstruksi penulisan sejarah yang lebih utuh, detail dan obyektif. Harapannya tentu dengan upaya ini akan lahir suatu produk atau suatu karya ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Yang hasil dari produk ilmiah tersebut, akan sangat berharga sebagai acuan, atau referensi bagi para praktisi taekwondo yang selama ini menjadikan cabor taekwondo sebagai obyek studi penelitiannya secara ilmiah.

Hadir dalam acara tersebut beberapa dewan guru taekwondo Indonesia dan tokoh senior taekwondo Indonesia, antara lain, Master Simon Kaihena, Master Hadi Sugianto, Master Sukanda, Master Untung M. Slamet, Master Acen Tanuwijaya, Master Karsono, Master Amril Yusan, Master Edward Sidjabat, Master Costanfina Dominggos.

Setelah sarasehan ini, direncanakan akan ada tindak lanjut dari pengurus untuk terus mengidentifikasi, mendalami dan meng-konfirmasi data dan informasi. Yang pada akhirnya bisa mendeskripsikan pengalaman para tokoh pendiri dan dewan guru taekwondo Indonesia ini sebagai suatu produk knowledge yang bisa dipertanggungjawabkan dan diterima oleh keluarga besar taekwondo Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *