Tom Brown, Komitmen Yang Luar Biasa
Oleh; M. Nigara, Wartawan Tinju Senior dan Komentator Tinju tvone
DIBANDINGkan dengan Bom Arum ( Top Rank ), promotor paling senior di ring tinju, Don King dengan King Productions nya, GBP ( Golden Boy Promotions ), Mayweather Promotions, dan Manny Pacquiao Promotions, Tom Brown dengan TGBnya, pastilah belum apa-apa. Maklum, jam terbang TB dan TGBnya belum sebanyak para pendahulunya itu.
Tom Brown dan TGB kembali akan menggelar pertarungan besar, Brandon Figueroa vs Stephen Fulton, unifikasi Super Bantamweight WBA dan WBO. Sebelumnya TB dan TGB juga telah menggelar partai-partai besar. Minggu lalu bersama Bob Arum dan Top Ranknya, mereka menggelar Terance Crawford vs Shawn Porter.
Tapi, jika bicara soal komitmen, saya melihat Tom Brown adalah orang yang luar biasa. Bayangkan ketika hampir seluruh promotor ‘menepi’ karena Covid-19, TB dan TGB, tidak demikian. Pandemi akibat corona, memaksa banyak event tidak mungkin digelar karena tidak akan menghasilkan pundi-pundi dolar.
Pertarungan menggunakan sistem bubble atau sistem gelembung alias sistem tertutup. Pandemi covid-19 memaksa promotor menggunakan hal semacam itu. Selain tidak boleh ada penonton, jumlah yang hadir di venue benar-benar dibatasi. Pendamping petinju tidak boleh lebih dari lima orang. Biasanya lebih dari 10 orang. Interaksi di venue dan jaga jarak, wajib dilaksanakan. Pendeknya ketat sekali.
Dengan alasan pandemi, semua promotor besar langsung menutup ‘tokonya’. Tapi, tidak dengan Tom Brown dan TGBnya. Meski berat, TB tetap menggelar pertarungan. Hal ini disambut baik oleh para petinju, pelatih dan seluruh pekerja yang terkait. Seperti kita ketahui, pandemi corona membuat lebih dari separuh penduduk bumi mengalami kesulitan.
Apa yang dilakukan oleh Tom Brown, sungguh sangat berarti. Kehidupan bagi mereka yang hanya mengandalkan income dari dunia tinju, tetap bisa dilanjutkan.
Langkah TB ini bukan tanpa sebab. “Saya berangkat dari posisi paling bawah, “katanya. “Saya sempat bergantung hanya dari dunia tinju sebagai penghubung ( matchmaker ),” kenangnya.
Sama seperti Don King yang awalnya sebagai matchmaker dari laga-laga Bob Arum. Keadaan berubah saat King berhasil ‘memperdaya’ Muhammad Ali dan George Foreman. Dengan judul Rumble in the jungle (Gemuruh di hutan) 1974, Don King menjelma menjadi promotor raksasa, bahkan sempat menenggelamkan Bob Arum bosnya.
Tom Brown sendiri tidak demikian. Meski mengawalinya bersama Goosen Productions, TB justru didorong oleh bosnya untuk bisa berdiri sendiri. “Dia anak muda yang pintar, kreatif, dan cerdas,” kata Goosen.
Maka, jadilah TB seperti sekarang. Maka jika kemudian ia melakukan hal itu, artinya Tom Brown tidak lupa pada masa sulitnya. “Komitmen saya harus terus terjaga di dunia tinju. Saya, artinya juga seluruh penggiat pertinjuan harus maju secara bersama-sama!” katanya lagi.
Pertanyaannya, bisakah kita seperti itu? Semua berpulang pada diri kita masing-masing.