Webinar International Women’s Day: Women in Sports 

Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, KONI Pusat mengadakan webinar yang menghadirkan dua narasumber inspiratif: Salsa Senja, Presiden SINO, akademisi doktoral keolahragaan di Tsinghua University, dan wasit rugby nasional, dan Triyaningsih, Atlet atletik peraih emas SEA Games. Keduanya berbagi wawasan mengenai perkembangan olahraga, tantangan yang dihadapi oleh perempuan, serta masa depan olahraga untuk perempuan di Indonesia.

Webinar dimulai dengan Salsa yang berbagi pengalaman tentang olahraga di Cina, yang menurutnya memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan Indonesia. Di Cina, olahraga tidak hanya berfokus pada performa, tetapi juga memperhatikan aspek gizi dan ilmu olahraga (sport science). “Olahraga di Cina sudah menjadi bagian dari gaya hidup, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah. Bahkan standar olahraganya tinggi, seperti setiap mahasiswa harus bisa berenang meski tidak di universitas olahraga,” ujar Salsa.

Kebijakan dibuat di Cina demi mendorong mahasiswa berolahraga, bahkan ada hari dimana ke kampus atau sekolah menggunakan pakaian olahraga.

Ketika ditanya tentang perbedaan antara Cina dan negara berkembang dalam dunia olahraga, Salsa menegaskan bahwa standar yang tinggi dan budaya olahraga yang diterapkan sejak dini menjadi kunci kesuksesan. “Olahraga sudah dibiasakan sejak kecil, dan itu memberikan keuntungan besar bagi mereka yang terjun ke dunia olahraga,” tambahnya.

Perjalanannya dalam keolahragaan tidaklah selalu mulus. Sebagai perempuan dalam dunia olahraga, Salsa mengakui bahwa di awal perjalanan kariernya, hal terkait diskriminasi pernah ia rasakan. Contohnya saat ia menjadi wasit rugby, hanya dikarenakan ia perempuan. Namun, menurutnya, perbedaan gender tidak seharusnya menjadi halangan. “Memang iya, mostly di awal-awal, tetapi yang penting adalah hasil kerja keras kita. Terlepas dari apakah kamu perempuan atau laki-laki, jika kamu bekerja dengan baik, pada akhirnya kamu akan mendapatkan rasa hormat dan dihargai,” ungkap Salsa. Ia menegaskan bahwa dedikasi dan komitmen adalah kunci utama untuk mendapatkan penghormatan, terlepas dari gender.

Salsa juga menyoroti pentingnya dukungan akademik untuk perkembangan atlet perempuan di Indonesia. “Saya berharap perempuan yang sudah menjadi atlet tetap mengejar prestasi akademis. Passion harus didukung dengan ilmu pengetahuan yang solid, terutama dalam bidang sport science, untuk kemajuan olahraga prestasi di Indonesia,” jelasnya.

Triya, yang kini masih aktif berlari. Berbicara tentang pentingnya olahraga bagi semua orang, terutama perempuan. Ia menyatakan bahwa lari adalah olahraga yang mudah diakses dan tidak membutuhkan banyak alat, hanya sepatu dan waktu. “Lari itu olahraga yang bisa dilakukan siapa saja, dan sekarang sudah banyak perempuan yang terlibat dalam olahraga lari di Indonesia,” kata Triya

Namun, meskipun perkembangan perempuan dalam dunia olahraga semakin baik, masih ada tantangan besar terkait kesetaraan gender. Triya mengungkapkan bahwa meskipun sudah banyak perempuan yang berprestasi, masih ada stereotip yang harus dihadapi, seperti pandangan terhadap pakaian olahraga perempuan yang terkadang dianggap terlalu seksi. “Saya berharap pakaian olahraga perempuan bisa diterima dengan baik dan tidak diobjektifikasi. Yang penting adalah prestasi, bukan apa yang kita kenakan,” ujarnya.

Selain itu, kedua narasumber juga membahas tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi perempuan dalam berolahraga. Triya mengingatkan bahwa untuk menghindari sexual harrasment, perempuan perlu berolahraga dengan teman atau bergabung dengan komunitas, terutama di tempat-tempat yang rawan. “Perempuan perlu berolahraga dengan teman atau komunitas, terutama di tempat-tempat yang rawan. Keamanan harus jadi prioritas, dan kita bisa menghindari potensi ancaman dengan saling menjaga,” pesan Triya.

Triya juga mengusulkan agar pemerintah lebih memperhatikan aspek keamanan dengan meningkatkan pengawasan di tempat-tempat umum melalui pemasangan CCTV. “Tempat-tempat yang sering digunakan untuk berolahraga, seperti taman atau jalur lari, perlu mendapat perhatian lebih. Pemerintah bisa memasang CCTV untuk memastikan lingkungan yang lebih aman bagi para perempuan,” jelasnya.

Webinar ini mengingatkan kita bahwa olahraga bukan hanya soal fisik, tetapi juga tentang kesetaraan, peluang, dan dukungan terhadap perempuan untuk berprestasi. Masa depan olahraga untuk perempuan di Indonesia sangatlah cerah, asalkan ada perubahan dalam pola pikir dan infrastruktur yang mendukung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *