In Memoriam Pak Wismoyo “Yang kamu tanyanya Ini Jendral Beneran!”

Oleh: M. Nigara

INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN. Telah berpulang ke Rahmatullah, seorang tokoh olahraga nasional, seorang yang sepanjang hidupnya selalu dekat dengan atlet dan penggiat olahraga nasional, seorang Jendral TNI Angkatan Darat yang totalitasnya sangat luar biasa,  Wismoyo Aris Munandar, Kamis, 28 Januari 2021, tepat pukul 04.29 di RS Pondok Indah, Jakarta.

Bagi wartawan olahraga seusia saya, kerugian yang sangat besar jika tak mengenal Pak Wis, begitu saya dan kawan-kawan menyapanya. Meski saya bukan termasuk wartawan dalam lingkaran satu beliau, tapi hubungan saya dengan almarhum cukup istimewa.

Terlalu banyak kenangan indah dan lucu yang saya alami. Suatu hari, entah bagai mana memulainya, saya dipanggil ke ruang Ketua Umum KONI Pusat, gedung direksi PPK-GBK, Senayan, Jakarta. Kami berbincang tentang olahraga Indonesia. Waktu itu sekitar tahun 2002.

“Nih pilih sendiri!” katanya sesaat saya akan meninggalkan ruangannya di lantai 12. “Kesini!” katanya lagi dengan senyum khasnya.

Saya kemudian mendekati meja kerjanya dan melihat laci besar yang terbuka dan dipenuhi jam tangan. Rikuh, pasti. “Ambil!” perintah Pak Wis sambil tetap duduk di kursinya. “Saya mau tahu seleramu!”

Kisah ini sebelumnya hanya saya dengar dari beberapa teman saja, terutama Max Sopacua, wartawan TVRI yang selalu kemana-mana dengan beliau.

Banyak kisah tentang Pak Wis yang sering mengulurkan tangannya. Untuk itu, jangan heran jika banyak orang yang kehilangan saat Pak Wis selesai tugas sebagai Ketum KONI. Ya, di era Pak Wis juga KONI memiliki dana abadi yang sangat lumayan.

Kesatria

Bagi Pak Wis hidup itu harus memang saling membantu. Tolong-menolong itu penting. Dan hidup serta kerja bersama dan sama-sama bekerja itu adalah semboyan kesatria.

Dengan begitu, maka sesama kita akan saling menjaga dalam bentuk sportivitas. Falsafah itu juga yang selalu beliau gelorakan di dunia olahraga.

Sebelum menjadi Ketum KONI, Pak Wis adalah Ketum PJSI.

Banyak pihak mengatakan sosok Pak Wis itu angker, menakutkan. Tidak seluruhnya benar, jauh dalam sosok Pak Wis ada sisi humor yang tak kalah besarnya.

Satu malam di tenis indoor PPK-GBK ada event tinju amatir yang digelar SIWO (Seksi Wartawan Olahraga). Sebagai Ketum KONI, Pak Wis diundang untuk membuka. Kami berdiri di Vip sambil berbincang. Ada Ketua Siwo DKI, Atal Depari (saat ini Ketua PWI Pusat), ada Max Sopacua, saya dan beberapa teman lainnya.

Tiba-tiba Pak Wis bicara pada kami tentang stafnya di KONI yang juga ada di dekatnya. “Ini, dia itu,” ujar sambil menunjuk Pak TG. “Dulu waktu taruna, dia ini senior saya, galaknya luar biasa. Saya selalu dikerjain,” lanjut Pak Wis serius.

Pak TG hanya tersenyum. Ada kesan salah tingkah. Tapi, lebih banyak ia memahami kondisi.

“Coba kita test, sekarang kamu berani gak dengan saya?” tanyanya.

“Siaaap, tidak jendral!” jawab Pak TG.

“Kita test lagi. Coba belikan rokok saya!” perintah Pak Wis.

“Siaaap, ini rokoknya jendral!” Pak TG langsung memberikan sebungkus rokok.

Kami pun tertawa bersama termasuk Pak TG.

Ada lagi satu kenangan yang tak terlupakan. Saat itu beliau sudah tidak menjadi Ketum KONI. Beliau menjadi salah satu komisaris perusahaan besar yang berkantor di Jl. Sudirman, Jakarta. Saya, Fredrick Lumanaw (mantan karateka nasional), Ridwan (mantan atlet nasional cabor beladiri juga), ditemani Ferry Pantouw (mantan pejudo nasional) yang juga menjadi pendamping setia Pak Wis.

kami ingin mempresentasikan sesuatu yang intinya untuk kesejahteraan para mantan atlet.

Hari itu Kamis, 9 September 2004. Jam baru menunjukkan angka 10.28, Pak Wis baru saja duduk di kursi yang ada di ujung meja. Tiba-tiba, ……. BUUUUUUUUM! Terdengar suara dentuman keras sekali hingga menggetarkan kaca gedung yang menghadap Timur.

“Waaaah Kedubes Australia kena bom!” ujar Pak Wis sambil berdiri mendekati kaca.

“Maksudnya pak?” tanya saya.

“Fer, coba lihat tv,” perintah Pak Wis.

Ferry Pantouw langsung menyalakan tv. Benar saja tvone langsung breaking news. Dan di layar tampak kekacauan terjadi di depan Kedubes Australia, Jl. Rasuna Sahid, Jakarta.

“Pak, kok tahu itu Kedubes Australia?” tanya saya.

“Kamu itu wartawan, tapi tanyanya kok kayak gitu?” jawab Pak Wis. “Yang kamu tanya ini mantan Kasad, mantan Danjen Kopasus. Ini jendral beneran, ya tentara beneran. Perang… ya perang beneran!” katanya lagi sambil tertawa.

Secara rinci, sebelum memulai rapat, Pak Wis menjelaskan banyak hal tentang keadaan negara dan global. Intinya, beliau paham betul apa dan mengapa. Tapi, sebagai orang yang waktu itu mengatakan telah di pinggir, maka tidak mungkin berbuat banyak kecuali hanya memberi nasehat. “Ya, namanya juga nasehat, boleh didengar, boleh juga tidak!”

Masih banyak lagi kenangan saya dengan jendral  purnawirawan TNI AD yang satu ini. Kenangan yang indah dan mengesankan. Tawanya yang khas, ringan tangannya (suka menolong), dan motivasinya yang luar biasa.

Selamat jalan Pak Wis, semoga Allah limpahkan rahmatnya yang luas untukmu. Allah ampuni khilafmu, dan Allah tempat dirimu di tempat yang terbaik. Aamiin…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *