Ketum KONI Pusat Menilai Olahraga Bagian dari Perjuangan Bangsa Indonesia
Olahraga bukan sebatas kegiatan yang membuat tubuh bugar dan sehat, namun ada nilai-nilai yang lebih dari itu. Ketua Umum (Ketum) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman menjelaskan bagaimana olahraga menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan Bangsa Indonesia, baik saat di masa pergerakan nasional hingga saat ini.
Salah satu momen penting dalam pergerakan nasional Indonesia adalah Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Isi dari Sumpah Pemuda antara lain komitmen untuk satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yang pada akhirnya Rakyat Indonesia dipersatukan atau diikat dalam kesatuan, begitupun dengan olahraga yang tidak mengedepakan perbedaan ataupun sekat, karena prinsip persahabatan.
Sepuluh tahun dari diikrarkannya Sumpah Pemuda,organisasi yang menjadi cikal bakal KONI yakni Ikatan Sport Indonesia (ISI) menggelar Pekan Olahraga ISI pada 15 Oktober 1938 (HUT KONI saat ini). Kompetisi olahraga yang menyatukan kaum yang terjajah kolonialisme Hindia Belanda tersebut tak lain sebagai sarana pemersatu serta perjuangan Bangsa Indonesia.
“Olahraga dipilih sebagai salah satu sarana perjuangan Kemerdekaan Indonesia, untuk menunjukan serta membuktikan eksistensi Indonesia kepada dunia,” kata Marciano.
“Indonesia merupakan bangsa yang besar, dan berjuang meraih kemerdekaan, perjuangan yang dilakukan bukan hanya melalui senjata dan politik tetapi olahraga, dengan olahraga kita dapat mempersatukan bangsa, karena di dalam olahraga itu tidak ada pengelompokan atau sekat, atlet itu pejuang yang kita sebut sebagai patriot olahraga, setiap tetes keringatnya itu untuk Bangsa Indonesia, dan untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia di tempat yang terhormat,” jelas Ketum KONI Pusat.
Pasca Merdeka, Indonesia tak langsung diakui dunia karena masih dianggap bagian dari Hindia Belanda, di bawah Kerajaan Belanda, sehingga sulit untuk Indonesia mengikuti multievent internasional pada saat itu. Pada tanggal 9 hingga 12 September tahun 1948, diselenggarakanlah Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Kota Solo.
PON perdana Indonesia itu didorong pasca Indonesia menerima penolakan dalam Olimpiade Musim Panas tahun 1948 di Britania. Dengan begitu, PON juga sebagai bentuk perjuangan persatuan Bangsa Indonesia menunjukan kepada dunia eksistensi Indonesia sebagai negara baru.
Perjuangan Bangsa Indonesia di masa merdeka juga dilakukan melalui olahraga. Prestasi olahraga menjadi proyeksi kemajuan suatu bangsa. Pasalnya prestasi diraih dengan kemajuan teknologi, Sport Science, Sport Intelligence, dan dukungan pemerintah serta masyarakat terhadap olahraga. Tak heran bila prestasi olahraga mengangkat harkat dan martabat bangsa di masa damai.
Oleh karenanya, politik harus mendukung olahraga sebab melalui olahraga, Merah Putih dapat berkibar dengan diiringi berkumandangnya Lagu Indonesia Raya.
“Saya selaku Ketua Umum KONI Pusat mengharapkan agar dunia olahraga tidak dicampur aduk dengan dunia politik, semoga yang diambil politik dari olahraga ya seperti sportivitas, semangat mempersatukan bangsa,” tegas Ketum KONI Pusat.
“Saya sebagai Ketum KONI Pusat akan tetap berkomitmen bahwa olahraga merupakan alat pemersatu Bangsa, karena bicara olahraga kita bicara Merah Putih, saya yakin apabila dinamika olahraga dapat diaplikasikan ke dalam dunia politik akan menghasilkan dampak yang sangat positif dan akan menempatkan Indonesia di posisi atas,” sambungnya.