KONI Pusat Dengarkan Masukan Atlet hingga Legenda Berprestasi Indonesia

Bertempat di kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Senayan, Jakarta, pada hari Kamis 14 Agustus 2025, Ketum KONI Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman mendengarkan masukan-masukan atlet berprestasi Indonesia, diantaranya merupakan legenda.
Mereka adalah legenda penyerang sepak bola Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto, legenda Marathon putri Triyaningsih, atlet Jalan Cepat Hendro Yap, perenang I Gede Siman Sudartawa.

“KONI ini ada untuk melayani atlet-atlet Indonesia, mengantar atlet meraih prestasi,” tegas Ketum KONI Pusat mengawali diskusi.
Masukan disampaikan oleh para atlet, salah satunya Kurniawan. “Banyak atlet sepak bola yang di hari tuanya kurang beruntung. Perlu persiapkan masa pensiun atlet. Kita mau mantan pemain sepak bola yang hebat, di masa pensiunnya tidak menyusahkan orang lain,” kata pria yang pernah menjadi pelatih Como 1907.
Kurniawan Dwi Yulianto merupakan atlet Sepak Bola dengan segudang prestasi diantaranya sebagai pencetak gol terbanyak Indonesia, peraih medali perak pada SEA Games 2017, Runner Up pada AFF Cup tahun 2000 dan 2002, pemain profesional pada Luzern FC, Sarawak FA dan Sabah FA, serta menjadi Kepala Pelatih pada Sabah FC pada tahun 2020 hingga 2021.
Peran KONI Pusat diharapkan mampu membantu persiapan masa pensiun atlet.

Selanjutnya, Triyaningsih berharap KONI mampu mendengarkan atlet. “Wadah untuk atlet-atlet memberikan masukan,” terang Triyaningsih atlet Atletik peraih medali emas pada SEA Games, Olympian, serta atlet profesional.

Perenang yang akrab disapa Siman juga sampaikan harapan sama. “Suara atlet juga perlu didengar untuk dipertimbangkan,” tegasnya.
I Gede Siman sendiri merupakan atlet Renang yang juga memiliki prestasi yang membanggakan yakni peraih medali emas pada SEA Games 2011 Palembang, SEA Games 2013 Myanmar, SEA Games 2017 Kuala Lumpur Malaysia, SEA Games 2019 Filipina, dan SEA Games 2023 Kamboja.

Hendro memberikan masukan yang komprehensif. “KONI ini sudah harus punya inovasi, dari PON ke PON KONI harus punya data,” katanya.
Berdasarkan data yang dimilikinya, Ia mempertanyakan kebijakan pembatasan usia atlet terhadap prestasi Indonesia di kancah dunia.
Atlet Pelatnas Pangalengan itu pun terangkan bahwa atlet Indonesia haruslah ditentukan berdasarkan performa dan prestasinya.
“Peran KONI sangat dibutuhkan oleh kami para atlet,” tegas Hendro Atlet Jalan Cepat peraih medali emas pada SEA Games 2013 Myanmar, SEA Games 2015 Singapura, SEA Games 2017 Kuala Lumpur Malaysia, SEA Games 2019 Filipina, dan SEA Games 2023 Kamboja.
“KONI aktivator (Eksekutor) dan Kemenpora / Dispora merupakan regulator,” lanjutnya menerangkan KONI yang melaksanakan kegiatan pembinaan termasuk kompetisi.