PON XX: Kenangan Manis yang Melampaui Ekspektasi
Tak terasa Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Tahun 2021 di Papua sudah sampai ujung rangkaian. Hampir seluruh pertandingan rampung pada Kamis, 14 Oktober 2021. Kontingen dari seluruh Indonesia dipastikan telah merasakan pengalaman PON yang pertama digelar di masa pandemi Covid-19.
Cerita pengalaman kontingen disampaikan pada dialog virtual yang diselenggarakan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 14 Oktober 2021 sejak pukul 16.30 WIT.
Kegiatan tersebut digelar di seluruh Media Center yang dibangun Kementerian Kominfo. “Kami menyiapkan komunikasi publik, salah satunya melalui Media Center yang kami buat di tiga klaster, yaitu Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke,” jelas Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Kominfo Usman Kansong.
Terlibat juga, Media Center milik KONI Pusat yang berada di Jakarta.
Semua Media Center terhubung satu sama lain dan saling bercerita. Pada umumnya, banyak orang yang meragukan penyelenggaraan PON XX namun sekarang, justru perhelatan kali ini melampaui ekspektasi.
“Kita sama-sama meragukan PON XX yang diadakan di masa pandemi, akan sedikit berkurang kualitasnya. Ternyata PON sekarang sudah sukses karena antara lain banyak terjadi pemecahan rekor,” tandas Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI Pusat Drs.Tb. Lukman Djajadikusuma, MEMOS sambil menyinggung pemecahan rekor dunia, nasional, maupun PON dari angkat besi, atletik, renang, selam, dan menembak.
“Menjadi kebangkitan olahraga Indonesia untuk menghadapi event-event baik tingkat regional maupun internasional,” lanjutnya menilai PON XX saat didampingi Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah (Panwasrah) PON XX Klaster Kabupaten Jayapura Mayjen TNI Purn Heru Suryono.
Komentar Peserta PON XX?
Atlet selam asal Lampung, Vania menyampaikan bahwa PON yang diikutinya kali ini di luar dugaannya. Ia sendiri telah enam kali mengikuti PON.
“Awanya saya takut, ternyata keadaan di Papua sangat jauh dari bayangan saya sebelumnya. Papua sudah hebat banget. Ini adalah event PON terbaik yang pernah saya ikuti,” tandasnya menilai PON keenam yang diikutinya.
Vania mengaku di Papua sangat aman, berbeda dari stigmanya sebelum berangkat. Selain itu, seluruh kebutuhannya tersedia di Papua. “Kami tidak kekurangan apa pun di Papua,” ujarnya.
Bagi Vania venue cabang olahraga (cabor) selam terbaik yang pernah diikutinya itu berada di teluk Yos Sudarso Jayapura. Baik dari sisi visibilitas maupun keindahan alam tempatnya berlaga.
Setelah Vania yang bercerita dari Jayapura, giliran klaster lain ikut cerita. Ketua Panwasrah Klaster Kabupaten Mimika Mayjen TNI Purn Gadang Pambudi mengawali sesi dengan bersyukur atas lancarnya penyelenggaraan PON di sana. “Kami di Mimika cukup nyaman,” tandasnya mewakili seluruh tamu.
Technical Delegate tarung derajat, Noves Narayana pun sepakat dengan pernyataan Gadang. “Kami sangat terkesan dengan Papua, khususnya Mimika,” katanya.
Bukti baiknya kondisi adalah hadirnya prestasi impresif, yakni pemecahan rekor. Atlet asal Sumatera Selatan, Sri Mayasari telah berhasil pecahkan rekor nasional dan rekor PON di cabang olahraga atletik 200 meter dan 400 meter putri. “Saya bisa memberikan dua emas dan memecahkan rekor PON dan rekor nasional yang telah lama dipegang,” kata atlet berusia 37 tahun tersebut.
Di Klaster Kabupaten Merauke, kenangan manis juga diraih. “Kami semua yang berada di Merauke bersyukur karena mendapat keramahan masyarakat setempat yang sangat hangat. Persaudaraan satu bangsa betul-betul kami rasakan di sini,” ungkap Ketua Panwasrah Kabupaten Merauke Markus Othniel Mamahit.
Atlet gulat putri yang berlaga di Merauke, Shintia Eka Ardenda menegaskan bahwa kondisi yang dialaminya serupa dengan pernyataan-pernyataan dari klaster lain. Masyarakatnya ramah, kondisi aman, dan lancarnya penyelenggaraan diakui dari seluruh klaster.
Yang menarik, Ketua Kontingen DKI Jakarta pada Klaster Merauke, Gde Sarjana menambahkan penilaian tentang makanan di daerah itu. “Makanan dan kuliner, betul kata Bupati Merauke, semuanya serba murah dan enak,” ujarnya menepis isu negatif terkait makanan di Papua.
Masih dari Merauke dan juga terkait konsumsi, cerita disampaikan oleh Ririn, Satgas KONI Jawa Timur bidang pembinaan prestasi. Ia bercerita bahwa sudah mempersiapkan diri dengan membawa banyak mi instan, alat masak dan sebagainya karena kekhawatiran sulit mendapatkan makanan. “Persiapan-persiapan tidak masuk akal sudah kita lakukan, tapi di sini tidak terpakai,” jelasnya setelah mengerti bagaimana mudahnya mendapatkan pangan di Papua.
Olahraga sebagai salah satu alat pemersatu bangsa lanjut Ririn yang sudah puluhan tahun terlibat PON, benar-benar terasa di Merauke.
“Kita bisa menghadapi pandemi ini, dapat dilihat dari event ini bisa terlaksana. Kekuatan olahraga sebagai nilai yang kita integrasikan sebagai kekuatan sosial, benar-benar ada,” lanjutnya.
Setelah seluruh klaster penyelenggaraan PON XX di Papua berkomentar, giliran Media Center Jakarta menyampaikan kenangan indahnya. Wakil Kepala Bidang Organisasi KONI Pusat, Gugun Yudinar menghadirkan atlet sepatu roda ibu kota yang sudah kembali di Jakarta, Barijani Mahesa dan Naura Rahmdija Hartanti. Keduanya memborong medali PON XX. Barijani membawa pulang dua emas, dua perak dan satu perunggu, sedangkan Naura lima emas.
“Saya baru merasakan euforia di PON ini. Sangat berkesan buat saya. Apalagi saya berhasil meraih lima emas dari lima nomor pertandingan,” kata Naura menceritakan kenangan manis yang tak terlupakan.
Fakta yang diceritakan seluruh narasumber perlu disebarkan guna mengenal lebih dalam Papua. Di samping itu, kenangan manis juga penting disampaikan guna memotivasi bangsa Indonesia agar bangkit dari intimidasi pandemi Covid-19.
Lihat juga videonya;
Saatnya PON kita kembalikan kepada roh sesungguhnya.Seperti niatan Olimpiade, bahwa kesuksesan tidak sekadar dari jumlah medali yang kita peroleh,tapi bagaimana melalui event ini kita kian mengkristal kan persaudaraan, kekerabatan, persatuan dan kesatuan baru kemudian prestasi.Kita sedih saja, di banyak cabor faktor kejujuran (fair play) masih tertepikan, padahal itulah nafasnya olahraga (sportifitas). Kasihan atlet berlatih mati-matian mengorbankan banyak waktu tp dikalahkan akibat faktor egoisme untuk mendapatkan prestise. Selamat kepada para juara,tapi sekali lagi,mari kita raih prestasi dengan cara sportif, elegan dan terhormat agar olahraga kita lebih maju dan siap bersaing di level lebih tinggi.