Tan Joe Hok, Juara Pertama Indonesia pada All England, Asian Games dan Piala Thomas
Indonesia patut bangga dengan legenda bulu tangkis bernama Tan Joe Hok. Pria kelahiran 11 Agustus 1937 di Bandung, Jawa Barat ini memiliki prestasi yang membanggakan semasa aktif menjadi atlet. Sederet prestasinya telah membuat nama Indonesia bangga, ketika Republik ini baru berusia belasan tahun sejak Proklamasi Tahun 1945.
Seorang penulis Revando Lie (tirto.id) dan beberapa artikel lainnya mencatat cerita perjalanan Tan Joe Hok. Kecintaannya pada bulu tangkis bermula saat melihat Sang Ayah bermain di halaman dekat rumahnya. Bahkan Tan Joe Hok sempat menggunakan bakiak (sandal kayu) milik Sang Ibu guna mengganti raket yang belum dimilikinya.
Selanjutnya Tan Joe Hok meminjam raket ayahnya untuk bertanding. Tidak sia-sia, ia pun berhasil menjadi juara kompetisi tingkat lokal.
Kemudian, Tan Joe Hok memiliki raket sendiri yang dibelinya seharga Rp 120. Ia berhasil membeli raket berkat upayanya beberapa bulan bekerja paruh waktu di Hotel Hilton.
Bakat Tan Joe Hok dirasakan oleh atlet bulu tangkis asal Bandung juga, Lie Tjoe Kong. Alhasil, Lie Tjoe Kong mengajak Tan Joe Hok bergabung ke klub Blue White, cikal bakal Mutiara Bandung. Pada saat di klub tersebut, Tan Joe Hok membuktikan bakatnya dengan mengalahkan beberapa atlet terbaik Bandung.
Tak hanya di Bandung, Tan Joe Hok berhasil menjadi yang terbaik di Indonesia pada tahun 1956. Ia menjadi yang terbaik pada kejuaraan nasional bulu tangkis yang digelar di Surabaya.
Dua tahun berselang, Tan Joe Hok turut membela Indonesia pada Piala Thomas di Singapura tahun 1958. Tim yang berangkat dikenal dengan ‘The Magnificent Seven’, mereka terdiri dari Tan Joe Hok, Ferry Sonneville, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Lie Poo Djian, Olich Solichin, dan Eddy Yusuf. ‘The Magnificent Seven’ menangkan Piala Thomas pertama untuk Indonesia.
Prestasi juga diraih pada tahun-tahun berikutnya. Tan Joe Hok menjuarai US Open 1959 meski terkena flu berat. Di tahun yang sama Tan Joe Hok mendapatkan beasiswa Premedical Major in Chemistry & Biologi di Universitas Baylor, Texas Amerika. Meski begitu, ia tak sungkan mengorbankan waktu studinya demi memenuhi panggilan tim nasional Indonesia. Namun, ia berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1963.
Tahun 1959 juga menjadi tahun penting bagi Indonesia. Tan Joe Hok menjadi orang Indonesia pertama pada nomor tunggal putra yang menjadi juara All England. Ia menang pada All Indonesian Final dari Sang Senior, Ferry Sonneville dengan skor 15-10, 8-15 dan 15-8.
Pada US Open 1960 serta Canadian Open 1959 dan 1960, Tan Joe Hok juga berhasil menjadi juara. Pada tahun 1961, Piala Thomas berhasil dipertahankan saat Jakarta menjadi tuan rumah. Di tahun yang sama, tepatnya pada 15 Juni 1961, Tan Joe Hok menerima penghargaan Bintang Satya Lencana Kebudayaan.
Satu tahun kemudian, Asian Games 1962 digelar di Jakarta. Kala itu Tan Joe Hok berhasil meraih dua emas dan satu perak. Setelah menjadi orang Indonesia pertama yang turut menangkan Piala Thomas, Tan Joe Hok menjadi orang Indonesia pertama yang meraih emas Asian Games.
Dua tahun setelah itu, yakni tahun 1964 Tan Joe Hok kembali pertahankan Piala Thomas di Tokyo. Pada tahun itu juga, ia kembali meraih penghargaan. Pada 28 Agustus 1964, Tan Joe Hok menerima Bintang Jasa Nararyaa atas kontribusi dan dedikasi untuk bulu tangkis Tanah Air.
Seusai menjadi atlet, Tan Joe Hok tetap mendedikasikan diri pada bulu tangkis Indonesia. Ia sempat menjadi pelatih di Meksiko (1969-1970), Hong Kong (1971) dan akhirnya kembali ke Tanah Air sebagai pelatih PB.Djarum pada 1982. Penghargaan sebagai pelatih juga diterimanya. Pada 1984, ia menyandang status ‘Pelatih Olahraga Terbaik’ oleh Seksi Wartawan Olahraga/ Persatuan Wartawan Indonesia (SIWO/PWI).
Selain itu, atas prestasi gemilangnya, Tan Joe Hok menjadi orang Indonesia pertama yang dibahas pada media olahraga terbesar Amerika, Sports Illustrated. Artikel berjudul “Tan Joe Hok Takes Detroit” tanggal 13 April 1959 mengakui atlet kebanggaan Indonesia tersebut sebagai pemain sempurna.