Atlet Wushu Siap dengan New Normal
Belum ada yang dapat memastikan kapan Pandemi Corona berakhir. Sudah beberapa bulan terakhir ini, masyarakat di seluruh dunia juga Indonesia dianjurkan berkegiatan di rumah (work from home). Anjuran dan langkah tersebut ditempuh guna menyelamatkan keselamatan masyarakat dari Covid-19 atau Corona.
Masyarakat olahraga terkena dampak dari kondisi ini, sebut saja pertandingan yang ditunda. Secara umum, para atlet juga diminta untuk latihan secara mandiri selama pandemi. Saat ini, New Normal atau normal baru disebut-sebut menjadi salah satu solusi.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membuat kebijakan untuk mendukung keberlangsungan pemulihan kegiatan melalui tatanan normal baru. Pada Tanggal 11 Juni 2020, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menanda tangani Surat Edaran No. 6.11.1/MENPORA/VI/2020. Surat edaran tersebut terkait protokol pencegahan penularan Corona Virus Disease (Covid-19) pada Kegiatan Kepemudaan dan Keolahragaan.
Atlet pun saat ini dapat kembali berlatih. Seorang pelatih Wushu membenarkan keterangan tersebut. “Tim Wushu Junior sudah mulai latihan keluar ini.”, buka pelatih bernama Herman Wijaya.
“Pemerintah sudah berikan izin latihan di luar.”, terang Herman. Herman memberikan video latihan wushu yang ia jelaskan. Para atlet junior berlatih di luar ruangan. “Kita mulai dengan lari, kelenturan dan fisik penguatan otot kaki.”, terangnya.
Tentunya menggelar latihan di saat pandemi belum usai, membuat latihan dilakukan dengan waspada. Mengingat pada latihan yang digelar, terdapat kerumunan meski menjaga jarak aman. Bahkan aktivitas orang tua mereka juga diperhitungkan.
“Kita tanyakan dulu orang tuanya kerja dimana.”, jelas Herman dalam lakukan pencegahan. Hal yang dikhawatirkan jika orang tuanya termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG) kemudian menular kepada sang atlet yang akhirnya ditularkan kepada peserta latihan.
Herman berharap lingkungan atlet, terutama orang tua menjalankan protokol kesehatan. “Kalau suka ke pasar, kita harus tanya terus. Di pasar pakai masker atau tidak?”, terang Herman dalam mencermati lingkungan para atlet.
Sang pelatih juga sampai memikirkan moda transportasi atletnya sampai ke tempat latihan. “Kita usahakan agar anak-anak (atlet) kalau bisa ke tempat latihan dengan kendaraan pribadi, jangan kendaraan umum.”, harap Herman.
“Satu kena, semua kena.”, jelasnya atas harapan yang ia sampaikan.
Selain itu, saat latihan akan digelar di dalam ruangan terdapat regulasi tersendiri. Jarak aman sangat diperhatikan oleh sang pelatih. “Ruangan hanya 10 orang saja”, katanya jelaskan kapasitas maksimal guna menghadirkan jarak aman antar individu. Jarak aman tersebut penting, mengingat ketika latihan tidak memungkinkan menggunakan masker menurut Herman.
Fasilitas cuci tangan, hand sanitizer juga disiapkan di tempat latihan. Selain itu penyemprotan disinfektan juga dilakukan. “Alat semprot sepatu kita siapkan, karpet kita semprot setelah latihan.”, terangnya.