Catatan Kecil Leg 1 Indonesia vs Thailand: Pembelajaran Berharga Timnas Sepak Bola
Oleh: Boedi Susetio
Seperti yang saya ulas kemarin sebelum partai leg 1 ini dimainkan, Saya sudah membuat catatan penting dimana Timnas kita jangan membuat kesalahan sekecil apapun dalam mengorganisir pertahanan, jangan ada Ruang Antar Lini (RANI), Belakang Antar Lini (BANI) serta prinsip-prinsip bertahan marking, cover, balance dan komunikasi yang harus terus terjaga di antara lini perlini dan semua pemain, karena kita sama-sama tahu kualitas Thailand secara taktikal, teknikal dan kecerdasan masih di atas Timnas kita.
Kelihatan Timnas kita langsung panik saat menit-menit awal Thailand langsung memainkan high pressing di daerah pertahanan kita dengan kolektivitas yang bagus dan terorganisir.
Terjadinya gol pertama Thailand karena organisasi pertahanan kita terutama sektor kiri yang di tinggalkan Arhan (akumulasi kartu) agak sedikit terbuka. Dengan mudahnya pemain Thailand melakukan penetrasi dribling melewati 3 pemain Timnas dan langsung melakukan cut back ke kapten tim Thailand yang tidak dikawal ketat oleh pemain-pemain Timnas, padahal dia berdiri di area kotak penalti yang seharusnya tidak boleh ada lawan bebas menerima bola dan melakukan finishing dengan sempurna ke gawang kita.
Setelah Timnas kemasukan, sebenarnya Timnas sesuai analisa saya sudah benar dalam melakukan counter attack cepat melalui side to side dengan kombinasi switch play yang baik, terbukti dengan peluang yang sangat terbuka. Tapi sayang peluang emas yang di dapat tidak dapat dimaksimalkan oleh Dewangga. Menurut Saya di babak 1 Timnas bermain cukup baik.
Tapi kembali pertanyaan dari Saya sebagai pemerhati, kenapa memasuki babak kedua Shin Tae Yong langsung cepat menggantikan pemain? Terutama pemain belakang Fachrudin langsung digantikan Elkan?
Kalau untuk pergantian posisi Arhan yang di isi Edo dengan menggeser Dewangga ke kiri menurut pandangan Saya tepat, bukan karena Edo jelek tapi kelihatan Edo belum siap dimainkan di partai final apalagi kualitas lawan sangat baik.
Ini menurut pandangan Saya, ‘malapetaka’ dimulai sejak terjadinya gol kedua Thailand ke gawang Timnas disertai dengan kembalinya posisi tengah Timnas menjadi terbuka akibat digesernya Dewangga ke kiri, sehingga hanya menyisakan seorang Ahmad Irianto sebagai filter di tengah karena Evan Dimas bukan tipikal pemain yang bertahannya kuat (bukan pemain ball winner).
Ini sedikit catatan kecil dari saya pemerhati sepakbola nasional.
Kita harus kembali mengubur impian menjadi juara di AFF walaupun masih ada leg kedua.
Saran Saya sebagai pemerhati sepakbola, kita harus terus berproses Jadikanlah kegagalan ini pembelajaran yang sangat berharga untuk membenahi sepakbola nasional kita dengan memperbaiki, membenahi segala aspek pendukung di antaranya pembinaan usia dini dan muda serta menyelenggarakan kompetisi yang berkualitas.
Demikian sedikit catatan kecil dari Saya pemerhati sepakbola nasional semoga bermanfaat.
BRAVO sepakbola nasional kebanggaan masyarakat sepakbola.