Corona dan Rasial Afrika
Virus asal Wuhan tersebut telah menyebar di seluruh dunia. Johns Hopkins University & Medicine sebutkan, sebanyak 1.202.827 jiwa positif Corona dan telah rengut 64.753 orang (5 April 20 pagi). Karena ancamannya, banyak orang berharap agar menemukan vaksin untuk sembuhkan Corona.
Penyanyi Pop Madonna bahkan sumbangkan USD $ 1 juta kepada Bill and Melinda Gates Foundation untuk ciptakan vaksin virus Corona. “Saya bergabung dengan Bill & Melinda Gates Foundation dalam upaya menemukan obat yang akan mencegah atau mengobati Covid-19.”, jelas Madonna.
Di Eropa juga demikian, acara televisi LCI pada 1 April membahas tentang hal serupa. Dokter Prancis, Camille Locht dan Jean-Paul Mira membahas bahwa vaksin tuberkolosis BCG dapat digunakan lawan Corona. Akan tetapi hal tersebut perlu pengujian dan diisukan akan dilakukan di Eropa dan Australia.
Dokter Mira menyangkal tempat uji coba tersebut. “Ini mungkin terdengar provokatif. Tapi bisakah jika kita menggelar studi itu di Afrika.”, terang Kepala Unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Cochin Paris. Alasan Mira karena masyarakat di Afrika banyak yang tidak lindungi diri sendiri sehingga potensi terpapar terbuka lebar.
“di sana tidak ada masker, tak ada perawatan intensif atau pengobatan lain, seperti sejumlah studi terkait AIDS”, terang sesuai dilansir Al Jazeera (4 April). Locht yang merupakan Direktur Penelitian di Institut Kesehatan Nasional Prancis membenarkan.
Kondisi tersebut membuat pemain sepak bola Pantai Gading, Didier Drogba murka. “Ini sangat tak terbayangkan kami terus memperingatkan ini. Afrika bukan laboratorium pengujian.”, sampai Drogba di Twitter. Ia jelaskan bahwa maksud kedua dokter Prancis tersebut merendahkan, salah, dan rasis kepada Afrika.
“Bantu kami menyelamatkan hidup di Afrika dan menghentikan penyebaran virus yang mengguncang dunia ini, bukannya menganggap kami sebagai kelinci percobaan. Itu tidak masuk akal.”, lanjut Drogba.
Mantan bintang asal Kamerun, Samuel Eto’o juga sampaikan murkanya atas kondisi tersebut. “Anda sialan. Afrika bukan tempat Anda bermain-main.”, terangnya.
Adapun kedua dokter Prancis sudah meminta maaf dan klarifikasi bahwa ide mereka tidak mengarah ke rasial.