GBK Menuju Stadion Terbaik Asia Tenggara

Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) merilis lima stadion termegah dan ikonik di Asia Tenggara. Beberapa Stadion tersebut adalah Stadion Gelora Bung Karno (Indonesia), Stadion Bukit Jalil (Malaysia), Stadion Australia (Sydney), Stadion My Dinh (Hanoi, Vietnam), dan Stadion Rajamangala (Bangkok, Thailand).

AFC mengajak masyarakat memilih tiga terbaik di antara lima stadion tersebut. “Asia memiliki beberapa stadion terbaik di dunia, tempat ikonik yang secara rutin menghadirkan ribuan penggemar di tribun untuk mendukung tim favorit mereka”, tertulis pada situs the-AFC.com.

Untuk memilih stadion dapat dilakukan di situs AFC tersebut dengan alamat, https://www.the-afc.com/news/afcsection/great-grounds-of-asia-asean . Pemilihan akan ditutup pada 7 Mei 2020. Dan saat ini (5 Mei malam) GBK menjadi yang teratas dengan 58% pemilih, diikuti Stadion negeri tetangga, Bukit Jalil 2-% dan Stadion Australia 11%.

Diakses pada 5 Mei malam

Berikut ulasan singkat dibangunnya Stadion kebanggaan Indonesia

Awal berdirinya GBK ketika Asian Games Federation (AGF) menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke IV tahun 1962. Sebelumnya, pada Asian Games pertama tahun 1951 dan tahun 1954, Indonesia sempat mengajukan diri menjadi tuan rumah Asian Games namun gagal. Dilansir tirto.id, stabilitas ekonomi, sosial dan politik menjadi pertimbangan AGF.

Baru pada 1958, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962. Motivasi menjadi tuan rumah adalah untuk menunjukkan Indonesia adalah bangsa besar walaupun baru merdeka. Hal tersebut diutarakan dalam Tesis Amin Rahayu berjudul ‘Pesta Olahraga Asia (Asian Games IV) Tahun 1962 di Jakarta: Motivasi dan Capaiannya’.

Asian Games IV di Jakarta tahun 1962 merupakan momentum awal pembangunan besar di Jakarta. Soekarno berambisi wujudkan Indonesia sebagai ‘Mercusuar Dunia’. Soekarno menjadikan Senayan menjadi pusat olahraga dan budaya. Kompleks Gelora Senayan menjadi salah satu proyek mercusuar.

Tampak GBK dari dalam

Indonesia mendapatkan bantuan dalam membangun Kompleks olahraga yang dikenal Gelora Bung Karno. Soekarno berhasil melobi Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Khrushchev untuk pinjamkan dana sebesar US$ 12,5 juta. Kondisi tersebut dijelaskan oleh Restu dalam karyanya, ‘Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa’.

GBK mulai dibangun pada 8 Februari 1960. Pada Asian Games IV tahun 1962, Stadion sudah dapat menampung lebih dari 110.000 orang yang datang. Indonesia membuktikan kemampuannya membangun kompleks olahraga berstandar internasional yang bahkan kala itu masih jarang dimiliki negara maju.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *