Kolaborasi KONI Pusat, PPKORI dan Taisho Gelar Webinar tentang Penanganan Cedera

Setelah sukses menyelenggarakan webinar tentang pencegahan cedera pada 11 Juni lalu dengan judul  “Beat The Heat: Strategy for Injury Prevention and Performance Enhancement in Sport Science”, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat melanjutkan webinar tentang penanganan cedera pada hari Sabtu tanggal 3 September 2022.

Tujuan webinar yang secara konsisten digelar adalah untuk meningkatkan kualitas pemahaman pelaku olahraga tentang Sports Science. Dengan penerapan Sports Science yang baik, atlet akan mampu meraih prestasinya. Hampir 150 peserta hadir secara virtual yang berasal dari KONI Provinsi, KONI Kabupaten/Kota, Induk Cabang Olahraga dan umum.

“webinar ini, sangat diperlukan untuk mengantar atlet meraih prestasi karena untuk memajukan prestasi olahraga Indonesia, kita harus bersatu padu menyempurnakan setiap lini. Prestasi Indonesia dalam bidang olahraga// adalah kewajiban kita semua,” jelas Wakil III Ketua Umum KONI Pusat Drs.Tursandi Alwi saat membuka webinar.

Kali ini KONI Pusat tidak hanya berkolaborasi dengan PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia, namun juga dengan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI). Webinar kali ini berjudul, ‘Penanganan Cedera Olahraga Ditinjau Dari Profesi Kesehatan’.

“Saya mengapresiasi dan juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak,” ujar Tursandi kepada Taisho, PPKORI, panitia dan juga seluruh peserta yang meluangkan waktunya untuk meningkatkan pengetahuan tentang Sports Science guna prestasi atlet Tanah Air yang lebih baik.

“Kolaborasi seperti webinar ini, sangat diperlukan untuk mengantar atlet meraih prestasi karena untuk memajukan prestasi olahraga Indonesia, kita harus bersatu padu menyempurnakan setiap lini. Prestasi Indonesia dalam bidang olahraga adalah kewajiban kita semua,” sambung Tursandi.

Tursandi mengapresiasi tema webinar kali ini yang dianggap penting untuk atlet. “Cedera ini adalah risiko yang pasti dihadapi oleh semua atlet, sebagaimana atlet di belahan dunia lainnya. Mereka juga berhadapan dengan risiko cedera. Hal yang harus kita siapkan adalah penanganannya, dengan sebaik-baiknya supaya atlet dapat kembali tampil maksimal untuk mempersembahkan prestasi kepada negeri tercinta,” jelas Waketum III KONI Pusat.

Salah satu narasumber, dr.Arie Sutopo,Sp.KO juga menyinggung bahwa atlet memang pasti menghadapi risiko cedera. “Setiap olahraga pasti ada risiko cederanya, tapi bagaimana cedera ini kita buat risikonya kecil,” ujarnya. Ia jelaskan bahwa risiko cedera dapat didasari beberapa hal, ada unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Dari unsur intrinsik ada yang tidak bisa dimodifikasi seperti umur, gender, genetik dan sebagainya yang bersifat permanen dari lahir. Ada juga intrinsik yang dapat dimodifikasi seperti kekuatan, fleksibilitas dan lainnya. Unsur ekstrinsik adalah hal yang di luar seorang atlet seperti kondisi alam.

Mc Ayu Dyah Pasha memandu acara webinar

Setelah itu, moderator dr.Tugini memberikan kesempatan kepada narasumber lainnya, yakni Ketua PPKORI dr. Hario Tilarso,Sp.KO (K), FACSM. Dokter lulusan Universitas Indonesia tahun itu membagi macam-macam olahraga seperti olahraga prestasi, olahraga rekreasi, dan olahraga difabel. Selain itu ada juga klasifikasi pelaku yang dibagi menurut waktu olahraganya setiap minggu.

Atlet olahraga prestasi yang menghabiskan banyak waktu untuk berlatih setiap minggunya harus dirawat dan dijaga dengan baik kebugarannya menurut Hario yang berada di Ruang Rapat Lukman Niode lantai 10 kantor KONI Pusat Senayan, Jakarta.

Ia membagi beberapa jenis cedera dan penanganannya. Pertama cedera ringan yang tidak mengganggu proses latihan, kedua cedera sedang yang bisa mengganggu latihan, ketiga cedera berat yang memang mengganggu program latihan dan keempat cedera sangat berat yang membuat atlet tidak sadar.

Jika cedera terjadi, maka perlu berkonsultasi dengan dokter, khususnya dokter olahraga. Hario menyayangkan adanya beberapa kasus dimana pelatih tetap menuntut atletnya berlatih keras meski tengah mengalami cedera, dampaknya cedera atlet dapat semakin buruk.

Salah satu yang perlu dilakukan jika cedera terjadi adalah strain atau menghentikan aktivitas. Setelah itu dibutuhkan tindakan dari beberapa personel yang dibutuhkan untuk menangani cedera atlet.

Menurut Hario beberapa yang dibutuhkan untuk menangani cedera antara lain dokter umum, dokter olahraga, dokter gigi, dokter bedah ortopedi, dokter bedah syaraf, perawat, ahli pijat, fisioterapis, ahli terapi latihan, ahli gizi olahraga, psikolog dan ahli terapi alternatif. Beberapa diantaranya perlu kerja sama dalam menangani kasus tertentu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *