Kompetisi tanpa Penonton, Opsi yang Sulit bagi Liga 1 2020

Masa new normal corona membuat liga-liga di Eropa melanjutkan kompetisi tanpa penonton. Namun, rencana tersebut sulit terwujud di Liga 1 Indonesia.

Penolakan bukan tanpa alasan. Klub-klub sepak bola Indonesia memang mengandalkan penjualan tiket sebagai pemasukan utama. Ketiadaan penonton dikhawatirkan mengganggu stabilitas keuangan klub dan berimbas pada kesejahteraan pemain.

Direktur Madura United, Haruna Soemitro, mengamini sulit menggelar kompetisi sepak bola di Indonesia tanpa penonton. Apalagi larangan tanpa penonton kemungkinan tidak akan digubris sebagian suporter.

“Apakah ada yang jamin kalau tanpa penonton, suporter benar-benar tidak datang ke stadion? Di luar negeri mungkin, tapi kalau di sini [Indonesia] tidak. Saya pastikan itu tidak akan mungkin,” ucap Haruna kepada CNNIndonesia.com belum lama ini.

Haruna yang juga anggota Exco PSSI itu mencontohkan pertandingan antara PSIS Semarang melawan Persebaya Surabaya beberapa waktu lalu. Meski pihak kepolisian setempat sudah melarang suporter hadir tapi kenyataannya justru malah menimbulkan kerawanan keamanan.

Menurut pandangan Haruna, sebenarnya kontribusi pendapatan dari tiket tidak terlalu signifikan untuk pembiayaan tim. Untuk Madura United sendiri, pemasukan dari penjualan tiket ditaksir Haruna hanya mencapai 10-25 persen.

“Yang besar itu sponsor, bisa sampai 60-70 persen. Sisanya adalah share komersial dari liga. Tapi risiko besar jika pertandingan digelar tanpa penonton,” katanya.

PSSI diharapkan mempertimbangkan kemampuan keuangan seluruh klub sebelum membuat keputusan baru di masa pandemi. Sebab, kompetisi bakal lancar jika keuangan klub sehat.

Jika ekonomi klub berantakan dampaknya akan dirasakan pemain dan pelatih. Mulai dari pengurangan gaji hingga penunggakan gaji.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *