Mengenal Kuda Ideal untuk Equestrian

Para rider beserta kuda juaranya

Kuda adalah jenis hewan peliharaan yang tak umum orang-orang pelihara di perkotaan saat ini. Harganya yang cukup mahal, perawatan yang tidak mudah serta membutuhkan lahan yang cukup luas menjadi salah satu faktor penyebab kuda jarang dijadikan hewan peliharaan perkotaan.

Dalam penyelenggaraan Equestrian Champions League (ECL) 2020 Series 5, drh. Joko Suranto bercerita mengenai kuda. Menurutnya, kuda adalah binatang yang pintar dan kuat dan memiliki anatomi dan fisiologi yang sangat spesifik.

Ia menambahkan, ada banyak sekali jenis ras kuda yang ada di dunia. Namun, untuk ECL 2020 Series 5 Sesi 2 pertandingan disiplin show jumping ini, drh. Joko melihat banyak kuda dari ras Warmbloods yang berpartisipasi. Itu karena ras Warmbloods disebut paling cocok untuk equestrian seperti disiplin dressage dan show jumping.

Menurutnya, setiap ras kuda memiliki kelebihan dan kekurangan. “Semisalnya untuk pacuan, butuhnya kuda dengan speed dan intensitas yang tinggi. Atau untuk pertandingan endurance yang larinya berpuluh-puluh kilometer, ras kuda yang memiliki daya tahan yang bagus seperti ras Arab,” jelasnya.

Selain itu, untuk mengetahui bakat kuda tersebut di luar dari rasnya juga bisa diketahui dari orang tua kuda tersebut atau nenek moyangnya. Karena besar kemungkinan, orang tua kuda tersebut memiliki bakat di show jumping, maka anaknya juga mempunyai bakat serupa.

“Kalau pedigree bisa dilihat juga, semisalnya orangtuanya ada bakat di show jumping, ada kemungkinan anaknya juga di sana,” tutur drh. Joko. Untuk itu, pelatih harus sensitif dan mengetahui asal usul kuda tersebut sehingga bisa mengarahkan bakatnya dengan baik.

Sementara di Indonesia sendiri sebenarnya juga memiliki kuda lokal yang tidak kalah dengan kuda-kuda Eropa. Seperti kuda Sumbawa, Priangan atau Kuningan. Hanya saja, dalam segi ukuran kalah dengan kuda Eropa, tetapi untuk daya tahannya cukup bagus. Karenanya, untuk mendapatkan kuda terbaik untuk iklim Indonesia adalah crossbreed atau kawin silang antara kuda Eropa dan kuda lokal. “Jadi, tingginya kita bisa dapat dari kuda Eropa, sementara ketahanan dan adaptasi juga cocok dengan di sini,” kata drh. Joko.

Meskipun begitu, tidak sedikit kuda lokal yang ikut dipertandingkan walaupun kebanyakan masih kuda crossbreed lokal. drh. Joko menuturkan, performa kuda ditentukan oleh rumus Performa = Genetik + Enviroment. Selain genetik yang berperan penting sebagai penentu bakat kuda dan performanya, lingkungan juga sangat berpengaruh. Semisal pakan yang diberikan atau jenis latihan yang dilakukan. “Model kudanya bisa sama, tetapi bakat, pedigree dan karakteristiknya pasti berbeda,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *