Penyelenggaraan ECL di Masa Pandemi Hadirkan Tantangan Baru Bagi Para Rider

Liga berkuda pertama di Indonesia, Equestrian Champions League (ECL) 2020 sudah memasuki sesi ketiga dan keempat pada Juli 2020. Kedua sesi ini diselenggarakan bersamaan di dua lokasi yang berbeda, yaitu Adria Pratama Mulya (APM) Equestrian Centre Tangerang dan Equinara Horse Sports Jakarta.

Penyelenggaraannya menerapkan berbagai protokol kesehatan yang ketat, seperti penggunaan masker, menjaga jarak satu sama lain, sering mencuci tangan, dan screening mereka yang masuk ke lokasi. Pertandingan juga digelar tanpa penonton, jika ada yang ingin menonton dapat menyaksikan di siaran langsung KONI TV yang dapat diakses dari AMTV.id.

Selain itu, untuk menjaga jumlah orang di lokasi, pertandingan yang biasa dapat diselenggarakan dua hari, kali ini pertandingan digelar empat hari. Pertandingan antara seri ketiga dan seri keempat digelar bergantian pada tanggal ganjil sejak 15 Juli sampai dengan 29 Juli. Diawali di APM dan diakhiri di Equinara. Konsep tersebut dibuat agar jadwal lebih renggang sehingga kerumunan orang tidak terjadi.

Dengan penyesuaian kebijakan akibat pandemi tersebut, atlet akan berpindah-pindah dari satu venue ke venue lainnya. Pada Seri ketiga, atlet ke APM Equestrian Centre di Tangerang kemudian keesokan harinya, atlet harus tiba di venue pada Seri keempat.

Rider asal APM Equestrian Center yang memenangkan juara ketiga kelas show jumping 110 cm Open ECL 2020 seri ketiga, Budi Tulodo menceritakan kalau hal sebenarnya bisa mengganggu kondisi kuda. Apalagi jika berpergiannya dilakukan secara terus menerus, kuda bisa stress. “Tapi untungnya ada waktu sehari libur, sehari bertanding. Tetap ada istirahatnya untuk kuda,” kata Budi.

Penurunan kondisi kuda itu tentunya bisa berdampak pada performa dan staminanya nanti ketika berlatih maupun berada di area pertandingan. Pada saat itulah, para rider bisa melakukan trik-trik kecurangan agar dirinya bisa menang tanpa memperdulikan kesejahteraan kuda.

Diceritakan oleh Michael Umboh, Chief of Steward ECL 2020 kalau trik-trik kecurangan itu terkadang ditemui di kejuaraan-kejuaraan besar. “Makanya ada peraturan juga di arena warm up dan collecting. Kita bisa menegur, memberikan peringatan ataupun melarang rider dan kuda itu untuk bertanding kalau terbukti melakukan trik-trik itu,” jelas Michael.

Kecurangan yang dimaksud seperti menyiksa binatang, bertindak memarahi kuda secara berlebihan, memukul bagian kepala, memukul hingga berdarah atau bisa juga tindakan tidak sengaja seperti memacu ke perut kuda namun hingga berdarah.

“Sekecil apapun itu tetap saja namanya bleeding, bisa kena dikeluarkan dari pertandingan,” lanjut Michael. Pada perlombaan jumping, trik yang biasanya dilakukan oleh para rider adalah dengan posisi tangan saat mencengkram tali kekang atau bagian ada boots belakang rider yang terkadang membuat kuda lebih awas. “Tapi untungnya, pada ECL 2020 ini sejak seri pertama tidak ada yang melakukan trik-trik kecurangan seperti itu. Semuanya baik,” ungkapnya.

Penerapan protokol kesehatan pun berlaku di arena warm up dan collecting, sebelum kuda bertanding. Michael menambah, adanya aturan tambahan terkait protokol kesehatan itu justru malah membantu timnya. Mereka yang bertugas mengawasi para rider dan kuda di arena warm up dan collecting sangat diuntungkan karena aturan jaga jarak fisik sehingga lebih mudah memantau rider dan kuda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *