PP.Pordasi Mendapat Apresiasi Atas Langkah Menuju Transformasi Organisasi

Salah satu hasil Rapat Kerja Nasional Hybrid Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP.Pordasi) November 2023 di Yogyakarta adalah membentuk Tim perumus Transformasi Organisasi dan Penyempurnaan AD/ART.

Tim tersebut merupakan kolaborasi PP.Pordasi dan Pengprov/Pengda Pordasi.

Transformasi Organisasi Pordasi diwujudkan dalam bentuk konfederasi nasional Pordasi yang akan menaungi beberapa cabang olahraga berkuda, yaitu Pacu, Equestrian, Polo dan Horseback Archery (HBA), sebagai federasi nasional yang masing-masing akan menginduk ke Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) dan National Paralympic Committee (NPC), sesuai kebutuhannya, sekaligus menjadi anggota federasi internasionalnya masing-masing,” jelas Ketum PP.Pordasi Triwatty Marciano.

Ditegaskan juga bahwa Transformasi Organisasi Pordasi BUKAN untuk memecah belah namun dalam rangka menyejajarkan seluruh komisi yang ada di PP.Pordasi yaitu Komisi Pacu, Polo dan HBA setingkat dengan Equestrian yang telah menjadi Nasional Federasi (NF)  olahraga berkuda anggota Fédération Equestre Internationale (FEI), berdasarkan keputusan CAS tahun 2015 yang lalu.

”Tetap menjaga persatuan dan kesatuan serta keutuhan organisasi Pordasi yang telah didirikan oleh para pendahulu sebelumnya dengan mempertahankan nama ‘Pordasi’ pada setiap Cabor berkuda,” sambung Triwatty.*

Transformasi Organisasi dilakukan untuk menjawab tantangan perubahan dalam pembinaan olahraga prestasi yang semakin dinamis, sehingga Pordasi harus mengembangkan organisasi guna mencapai prestasi lebih baik.

Terdapat empat tahapan utama, yaitu perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yang dijalankan secara terbuka untuk mendapatkan berbagai masukan dari seluruh pemangku kepentingan.

Alhasil, dalam rangka mendapatkan masukan pemangku kepentingan, PP.Pordasi melakukan kunjungan audiensi ke KONI Pusat pada 4 Desember 2023. Ketum KONI Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman memberikan apresiasi atas langkah Transformasi Organisasi yang sedang disiapkan oleh Pordasi karena pada dasarnya program tersebut bertujuan baik guna tingkatkan prestasi dan tidak meninggalkan sejarah Pordasi. Turut mendampingi Ketum KONI Pusat, Sekjen Drs.Tb.Lukman Djajadikusuma, MEMOS, Kabid Organisasi Mayjen TNI Purn Eko Budi S., dan Wakabid Organisasi Eman Sumusi.

KONI Pusat menilai Transformasi Organisasi sebagai langkah yang tepat bagi Pordasi dalam memberikan otonomi kepada masing-masing Federasi Nasional untuk bisa lebih mandiri, fokus dan berprestasi.

Pada pertemuan tersebut, disarankan juga agar sosialisasi terkait Transformasi Organisasi terus dilakukan oleh PP.Pordasi, sebelum program tersebut disahkan pada Munas Pordasi Tahun 2024. Secara khusus, sosialisasi harus diberikan kepada pemangku kebijakan/kepentingan, tokoh-tokoh olahraga berkuda, dan anggota PP.Pordasi.  

Istilah konfederasi pada dunia olahraga sudah umum digunakan. Pada cabang olahraga berkuda sendiri, juga sudah ada konfederasi internasional sejak tahun 2013 yakni International Horse Sports Confederation (IHSC) yang terdiri dari Fédération Equestre Internationale (FEI) selaku federasi internasional Equestrian dan International Federation of Horseracing Authorities (IFHA) yang menaungi Pacu Kuda.

PP.Pordasi juga melakukan audiensi ke Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Sekjen KOI Wijaya Noeradi dan jajarannya menerima kunjungan PP.Pordasi. Ketum KOI Raja Sapta Oktohari yang tengah berada di luar negeri memberikan dukungan untuk Pordasi.

Raja Sapta Oktohari menjelaskan bahwa ada Federasi Nasional anggota FEI yang masih menaungi olahraga berkuda di luar disiplin Equestrian.  “Tetapi sebaiknya nomor Olympic Sport terpisah,” saran Ketum KOI dalam mendukung Transformasi Organisasi Pordasi. Ketum KOI dalam layatan ke International Olympic Committee (IOC) diagendakan berkunjung ke FEI.

Olahraga Olimpiade sebaiknya berdiri mandiri secara keorganisasian agar lebih fokus melaksanakan program pembinaan atlet karena otonomi yang lebih luas. Diyakini, atlet akan lebih berprestasi di tingkat internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *