Sasaran Pordasi: Pembinaan Atlet Berkuda Usia Dini

Jakarta, geraksport.com – Kejuaraan Nasional Berkuda Equestrian akan digelar pada 20 – 22 September mendatang di Jakarta Internasional Equestrian Park (JIEP) Pulomas, Jakarta Timur. Ketua Umum Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi), H. Mohammad Chaidir Saddak M.B.A. atau akrab dipanggil Eddy Saddak, menekankan pentingnya pembinaan atlet sejak usia dini guna mendukung berkembangnya olahraga berkuda di Indonesia.

Tim geraksport.com berkunjung ke kantor Eddy Saddak di Pondok Indah, Jakarta Selatan pada Jumat (13/9). Eddy baru saja melantik kepengurusan Pordasi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan H.M.A.S. Alex Asmasoebrata (11/9). Ketua Umum Pordasi dua periode ini menjelaskan tentang olahraga berkuda, “Dalam berkuda ini atletnya dua, yang ditunggangi dan yang menunggangi”.

Berkuda berbeda dengan olahraga pada umumnya yang mengandalkan kemampuan atlet. Olahraga ini membutuhkan kemampuan atlet penunggang atau joki (manusia), kuda, dan keserasian antara manusia dan kuda. Eddy menambahkan bahwa dalam membangun ‘padu’ antara kuda dan atlet cenderung lebih mudah dilakukan pada atlet usia dini.

Salah satu arah pembinaan olahraga yakni melakukan regenerasi atlet. Memahami pentingnya pembinaan atlet usia dini, organisasi berusia 53 tahun ini sedang fokus mengembangkan atlet berkuda usia dini. Saat ini fokus perhatian diberikan kepada atlet muda usia di bawah 18 tahun. Pembinaan sejak usia dini dibutuhkan mengingat agar atlet dan kuda ‘padu’ dibutuhkan beberapa tahun latihan.

Eddy Saddak yakin masa depan cabang olahraga berkuda akan cerah, jika pembinaan atlet usia dini berhasil dilakukan. Apabila Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, maka atlet usia dini saat ini yang akan mewakili Indonesia. Atlet usia muda ini perlu jam terbang yang banyak di luar negeri agar mereka terbiasa menghadapi kejuaraan internasional dan tidak grogi.

Salah satu atlet muda yang bernama M Akbar Kurniawan (15), merupakan juara junior di kejuaraan dunia Longines Master–HKJC Asian Junior Challenge pada Februari 2019. Setahun sebelumnya, Akbar berhasil menjadi juara Junior Jumping Championship di Taiwan.

Eddy mengakui pandangan umum masyarakat pada olahraga berkuda sebagai olahraga yang mahal. Meski begitu, ia menuturkan untuk menjadi atlet berkuda tidak harus memiliki kuda. “Harga kuda mahal tapi jadi rider atau joki elite awalnya juga gak punya kuda, asal dia berbakat pasti boleh pakai kuda (milik orang lain). Mahal iya, tapi kan untuk sponsor,” tegas Eddy.

Atlet-atlet muda usia dini tersebut menunjukkan kemampuannya pada beragam kegiatan kejuaraan. Pada kegiatan 3 hari di Pulomas, terdapat sekitar 500 peserta atlet usia dini. Eddy berharap setidaknya 5% dari mereka akan menjadi atlet elite.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *