Usia Tak Menjadi Penghalang Surachman untuk Terus Berlari

Pelari senior bernama Kol TNI (Purn.) Surachman Cadaka berkunjung ke Adria Pratama Mulya (APM) Equestrian Centre, Tigaraksa, Banten pada tanggal 6 Juni 2021. Di saat yang sama, pembinaan olahraga berkuda tengah berlangsung melalui sebuah liga bernama Equestrian Champions League (ECL) Series 2 Tahun 2021.

Bicara olahraga, pelari senior kelahiran 27 Mei 1950 dapat banyak bercerita. Usia hanya sebatas angka, tak berpengaruh membuat semangatnya kendor untuk olahraga.

Surachman berpesan agar berani mendobrak berbagai keterbatasan dalam pikiran. Kadang banyak asumsi atau pandangan yang justru menjadi penghalang untuk berolahraga. Ia mengaku sempat dibatasi untuk berolahraga oleh beberapa dokter, namun hal itu justru mendorong semangat Surachman untuk tetap berlari.

Dirinya adalah bukti konkret bahwa keterbatasan usia bukanlah rintangan untuk terus olahraga. Ayah dari 3 orang anak ini juga kerap kampanyekan untuk terus menjaga kesehatan dan kebugaran dengan cara lari.

Terhitung hingga saat ini, Surachman telah memiliki sekitar 600 medali perlombaan lari menurutnya. Bahkan sebagian besar diraihnya pasca pensiun pada tahun 2006. Jumlah medali yang diraihnya pasca pensiun lebih banyak tiga kali lipat ketimbang saat ia aktif mengabdi sebagai TNI. “Tidak ada Sabtu – Minggu kosong, selalu saya lomba,” ujarnya.

Pada usianya yang tak lagi muda, Surachman ceritakan pengalamannya yang masih kerap berlari. Pada 2014, ia ikut lari dari Bandung ke Jakarta. “Tidak ada putus-putus disambut rakyat,” kenangnya. Kemudian, pada April 2016, ia juga ikut terlibat bahkan terdepan pada lari Lintas Sumbawa 320 km. Surachman menjadi yang paling senior di antara pelari yang terdepan.

Trail Marathon juga dijalani olehnya. “Beberapa kali mau mati, itu paling berkesan. Lari naik puncak gunung malam-malam, di puncak Gunung Semeru jam 3 pagi bisa dibayangin , – 3 derajat Celsius, nyatanya ada yang hilang,” katanya menceritakan pertandingan yang dilakoninya pada 2015.

Sayangnya, pandemi Covid-19 membuat kegiatan marathon terhambat sehingga ia tak lari sejak Maret 2020. Meski begitu, semangatnya belum juga padam. Kakek 4 orang cucu ini masih inginkan lari sepanjang tembok Cina dan ikut Sahara Marathon jika ada yang mendukungnya.

Pendapat Sang Pelari Senior di APM

Surachman juga berpendapat tentang pembinaan olahraga prestasi yang tengah berlangsung ketika ia berkunjung. Ia mengaku kagum dengan pembinaan olahraga berkuda equestrian yang dilihatnya dengan penerapan protokol kesehatan ketat.

“Saya senang kuda, dulu di kesatuan, di tentara saya pernah latihan berkuda, saya pernah di kavaleri,” kenangnya ketika melihat pertandingan ketangkasan berkuda. “Saya kagum kudanya bisa loncat segitu,” katanya pasca melihat kelas tertinggi yang digelar, Show Jumping 140 cm.

Selain itu, pelari sejak usia dini tersebut juga kagum dengan adanya venue yang dapat digunakan untuk berbagai pertandingan.

“Saya kagum melihat tempat ini, saya tidak mengira Pak Marciano punya dedikasi yang begitu bagus untuk negara dan bangsa sehingga tempat pribadi sampai dipake arena Asian Games 2018,” ujarnya memuji APM yang menjadi venue Modern Pentathlon pada Asian Games 2018.

Dengan adanya venue seperti itu, ia berharap venue seperti itu dapat dimanfaatkan untuk beberapa pembinaan olahraga prestasi, baik nasional maupun internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *