ECL 2020: Terobosan Pembinaan Olahraga Akurasi di masa Pandemi

Pandemi Covid-19 belum usai menerjang seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat unuk memutus mata rantai penyebarannya. Salah satu upaya adalah mengedepankan untuk beraktivitas di rumah sebagai langkah isolasi mandiri.

Kondisi tersebut tentunya berdampak pada pembinaan olahraga prestasi dan juga industri olahraga. Keduanya membutuhkan pertandingan diselenggarakan agar tujuan pembinaan maupun industri olahraga tercapai. Pembinaan atlet sangat memerlukan pertandingan sebagai kelanjutan dari berbagai latihan yang telah dijalani. Mental pemenang akan lahir dengan pengalaman pertandingan yang baik. Sedangkan dalam hal industri olahraga, tentu diharapkan adanya kegiatan berkesinambungan untuk mendorong roda perekonomian di dunia olahraga.

Akhirnya dalam rangka Adaptasi Kebiasaan Baru, pemerintah perlahan mulai mengizinkan beberapa kegiatan diselenggarakan kembali. Salah satunya, pemerintah juga memberikan kelonggaran pada kegiatan olahraga untuk kembali digelar. Tentunya, berbagai kegaitan yang diselenggarakan harus dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.

Liga berkuda equestrian pertama di Indoensia yakni Equestrian Champions League (ECL) 2020 memanfaatkan kelonggaran tersebut sebagai terobosan pembinaan olahraga prestasi kelompok akurasi. ECL 2020 langsung menggelar dua series pada Bulan Juli 2020, yakni Series Tiga dan Empat yang diselenggarakan berdampingan.

Namun begitu, penyelenggaraan keduanya dibedakan pada tanggal dan tempat yang berbeda. Seri Ketiga digelar di Adria Pratama Mulya (APM) Equestrian Centre, Tigaraksa, Banten pada tanggal 15, 19, 23, 27 Juli 2020. Sedangkan seri keempat digelar di Equinara Horse Sports, Pulomas, Jakarta pada tanggal 17, 21, 25, 29 Juli 2020.

Setiap series pada ECL yang digelar di masa pandemi adalah 4 hari. Yang mana pada biasanya ECL hanya digelar 2 hari. Kondisi tersebut merupakan kebijakan penyelenggara ECL dalam rangka mengurangi kerumunan dengan membatasi jumlah orang di lokasi pertandingan, termasuk atlet yang bertanding.

Selain itu, panitia juga melarang penonton hadir. Hal tersebut karena lokasi hanya untuk beberapa orang yang berperan penting. “Di lokasi hanya ada kuda, atlet/rider, groom, pelatih, ofisial, dan panitia.”, terang Co-Founder Nadia Marciano. “Peserta Photography competition juga dibatasi jumlahnya kali ini.”, jelasnya.

Adapun bagi mereka yang ingin menonton dapat menonton KONI TV yang dapat diakses amtv.id. Siaran langsung selalu ditayangkan sebagai terobosan industri olahraga di masa pandemi.

Penyelenggaraan ECL di masa pandemi telah menerapkan protokol kesehatan yang mengacu dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Federation Equestre Internationale (FEI), Asian Equestrian Federation (AEF) dan Pemda setempat terkait protokol daerah.

Tanggal 29 Juli 2020 adalah hari terakhir ECL Series Empat dan pertandingan terakhir ECL di Bulan Juli 2020. Sebanyak 8 hari pertandingan telah digelar dengan menerapkan protokol yang ketat. Sepanjang penyelenggaraan yang telah digelar pada Juli 2020, Pertandingan juga ketat seperti penerapan protokol kesehatan. Atlet bersaing ketat memperebutkan hadiah berlian Aleta Molly Jewelry.

Founder ECL, Triwatty Marciano menilai persaingan pada Series Tiga dan Series Empat ini cukup sengit. Pasalnya kualitas atlet merata sehingga tidak ada yang mendominasi, bahkan kondisi tersebut sudah terjaid sejak sebelum pandemi. “Sebelum masa pandemi ini, klub aktif bertanding masing-masing jadi kelihatan di series Empat tidak ada yang didominasi 2 atau 3 klub.”, kata Triwatty yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP.Pordasi).

Hal senada disampaikan juga oleh Co-Founders ECL, Adinda Yuanita. “Terlihat memang tidak ada yang mendominasi di Series Empat ini. Semua klub performanya dan skill ridernya dari seri ke seri ada peningkatan.”, jelas Adinda yang juga merupakan Sekjen PP.Pordasi. Ia juga jelaskan bahwa setiap series meningkat, rintangan yang diberikan semakin tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk mengejar road map multievent internasional.

Pernyataan Adinda terkait rintangan yang terus meningkat dikonfirmasi oleh sang pembuat rintangan. Course designer Show Jumping Rafiq Radinal menyampaikan bahwa semakin dekat dengan final, rintangan semakin berat. “Design saya gradually meningkat tingkat kesulitannya.”, jelas course designer sejak ECL Series pertama.

Menurutnya, kemampuan atlet ketangkasan berkuda akan terus meningkat dengan rintangan yang meningkat juga. “Secara teknikal, rider dan kudanya juga meningkat kemampuannya.

Hingga hari terakhir, memang atlet penghuni podium umumnya berbeda menyesuaikan kelasnya. Tidak ada dominasi atlet karena meratanya pembinaan olahraga ketangkasan berkuda.

Tiga kelas yang dipertandingkan pada hari terakhir Series Empat antara lain;
Show Jumping 90 cm U-18 (Junior Champions League),

  1. Iqbal Hermawan/ Imagor/ Highland Equestrian Center
  2. Dzikra Fadillah Arksya/ Viva/ Aragon Equestrian Sport
  3. Andika Saad Abdullah/ Nalini/ Highland Equestrian Center

Show Jumping 130 cm Open (Platinum Champions League),

  1. Steven Menayang/ Babriola/ ZZ Stable
  2. M.Akbar Kurniawan/ Prince Zizou/ Kurnia Stable
  3. Andry Sutoyo/ Jules/ Equinara Horse Sports

Show Jumping 140 cm Open (Elite Champions League),

  1. Yanyan Hadiansah/ Bodius/ Equinara Horse Sports
  2. Raymen Kaunang/ Conidro/ Pegasus Stable
  3. Ferry Wahyu Hadiyanto/ Grenadine/ Equinara Horse Sports
Wasekjen III KONI Pusat, Herman Ago (kiri) dalam wawancara di jeda pertandingan ECL Series 4

Keberhasilan ECL membuat motivasi bagi masyarakat olahraga prestasi. Di tengah pandemi, pembinaan olahraga terbukti dapat tetap dilaksanakan, namun tentunya dengan penerapan protokol yang baik. “Semua cabor kalau dengan kondisi seperti ini, ikuti aturan pemerintah, jalankan protokol KONI, dan asal bisa disiplin jalani protokol kesehatan maka pembinaan dapat tetap berjalan.”, jelas wasekjen III KONI Pusat Herman Ago berharap terobosan olahraga berkuda dapat memotivasi olahraga lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *