Ketum KONI Pusat Bangga dan Sampaikan Terima Kasih Kepada ITO asal Indonesia

Olimpiade Tokyo 2020 telah resmi berakhir pada tanggal 8 Agustus meski sebagian besar wakil Indonesia yang bertanding sudah berada di Tanah Air. Apresiasi setinggi-tingginya diberikan kepada Patriot Olahraga Prestasi yang tampil pada multievent terbesar sejagat tersebut, khususnya mereka yang berhasil mempersembahkan medali untuk Indonesia.

Selain para atlet beserta pelatih yang didukung induk cabang olahraganya, International Technical Officials (ITO) juga tak boleh dilupakan. Pasalnya, kesuksesan penyelenggaraan Olimpiade tak terlepas dari sumber daya manusia yang unggul.

Mereka terpilih federasi internasional mewakili Indonesia berkat pengetahuan serta pemahamannya tentang cabang olahraganya. Setidaknya wakil Indonesia untuk Olimpiade Tokyo kali ini sebanyak 7 orang dari lima cabang olahraga berbeda. Mereka adalah Henry Oka dari menembak, Boy Pohan dari tinju, Pranarta Arumbowo dari loncat indah, M.Hatta dari bulu tangkis, Qomarul Lailiah dari bulu tangkis, Wahyana dari bulu tangkis dan Moelyono dari Berkuda Equestrian.

“Selaku Ketua Umum KONI Pusat, saya sampaikan selamat kepada anak bangsa yang menjadi ITO pada Olimpiade Tokyo 2020. Butuh kemampuan yang baik serta pemahaman mendalam tentang peraturan internasional cabang olahraga untuk dapat terpilih sebagai ITO. Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh ITO asal Indonesia yang sangat membanggakan,” kata Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Letjen TNI (Purn.) Marciano Norman.

“Wakil Indonesia yang menjadi ITO, baik itu juri, wasit dan tenaga pendukung pertandingan lainnya merupakan aset berharga Bangsa Indonesia. Mereka telah mendedikasikan diri dalam olahraga prestasi. Peran mereka sangat penting dalam pembinaan olahraga prestasi, tentunya selain atlet dan pelatih. Pemahaman peraturan internasional yang mendalam menjadi salah satu dasar program pembinaan olahraga prestasi,” jelasnya.

Selain menjadi acuan program pembinaan olahraga prestasi, adanya juri dan wasit kelas dunia dapat mendorong kompetisi di dalam negeri yang berkualitas. Dengan begitu, para atlet sudah terbiasa dengan yang ditetapkan federasi internasional saat bertanding di Tanah Air.

Sekilas tentang Juri/Wasit Cabor asal Indonesia

Loncat Indah

Pria yang akrab disapa Pran tak menyangka akan terpilih menjadi juri loncat indah Olimpiade Tokyo 2020. Pasalnya ia tak ada dalam daftar pada saat pengumuman juri Olimpiade Tokyo 2020 yang awalnya disampaikan pada tahun 2019. 

“Seperti biasa saya tidak tercantum di situ. Kecewa? Sama sekali tidak, saya sangat bangga beberapa teman saya terpilih dan ikut senang atas prestasi tersebut,” katanya. “Pandemi di awal 2020, membuat Olimpiade diundur 1 tahun. Apakah saya masih berharap, aduh terpikirkan saja tidak, apalagi bermimpi. Jauh sekali,” sambung pria asal Sumatera Selatan.

Pada tahun 2020, Pran mendapat cobaan dengan kepergian abangnya diikuti ibunya 10 hari kemudian. Pasca cobaan menerjang, kebahagiaan pun datang. “Seperti disamber geledek, saya mendapatkan email dari FINA karena saya ditunjuk menjadi ITO (International Technical Officials) Olympic,” ceritanya bangga.

Lebih lanjut;

Menembak

Pria asal Bali bernama K.S.Henry I. Oka dipercaya menjadi juri menembak (pistol) pada Olimpiade Tokyo 2020. Sarjana teknik fisika dan teknik nuklir fokus dengan cabang olahraga menembak. Tak heran beberapa lisensi dikantunginya.

Pengakuan yang diraihnya dari Federasi internasional menembak, International Shooting Sport Federation (ISSF) terbilang banyak. Antara lain Lisensi juri ISSF Class A untuk senapan, pistol dan shotgun telah diraihnya selain sertifikasi wasit ISSF untuk Shotgun, ISSF Championship Organizer, dan ISSF Judges Instructor.

Dalam upaya membangun olahraga prestasi yang jaya, ia tegaskan penting peran juri/wasit yang dalami peraturan internasional.

“Atlet yang baik harus didampingi oleh pelatih yang tepat agar lebih terarah dalam mencapai goals mereka, tetapi juga harus didukung oleh wasit/juri yang paham dengan regulasi sehingga atlet sudah terbiasa dengan regulasi pertandingan level internasional dan paham tentang regulasi di cabornya masing-masing,” jelas Henry Oka.

“Jangan sampai atlet yang hebat gugur karena iklim pertandingan yang mereka ikuti berbeda dengan kejuaraan di atasnya, dan karena kurangnya pemahaman regulasi,” sambungnya.

Lebih lanjut:

Tinju

Pria bernama Muhammad Arisa Pohan terpilih menjadi wasit tinju Olimpiade Tokyo 2020. Pria yang akrab disapa Boy Pohan dikabarkan menjadi wasit tinju amatir pertama Indonesia yang memimpin laga Olimpiade. Sayangnya, tak satu pun atlet Indonesia yang lolos.

“Alhamdulillah, saya bisa lolos dari ujian tertulis maupun wawancara melalui zoom yang dilakukan Tim Boxing Task Force. Dan, saya juga sudah menerima surat tugas untuk menjadi wasit/juri di Olimpiade Tokyo 2020,” katanya.

Berangkat ke Tokyo, Boy membawa misi Boxing Task Force bentukan Komite Olimpiade Internasional yang menjalankan tugas Asosiasi Tinju Amatir Internasional (AIBA) akibat pengaturan kemenangan pada Olimpiade Tahun 2016 di Rio de Janeiro.

“Saya siap menjalankan misi Boxing Task Force yang ingin penilaian tinju dilakukan secara fair. Ini sesuai dengan misi IOC yang ingin membersihkan tinju dari kasus pengaturan kemenangan, dan saya juga punya kewajiban menjaga nama baik bangsa dan negara di Olimpiade Tokyo 2020 nanti,” ujarnya.

Bulu Tangkis

Bulu tangkis merupakan cabang olahraga yang memiliki tradisi emas untuk Indonesia pada ajang Olimpiade. Namun begitu, bulu tangkis Indonesia tak hanya memiliki atlet serta pelatih hebat, tapi juga ITO. Mereka yang wakili Indonesia sebagai ITO dari bulu tangkis, adalah Wahyana, Qomarul Lailiah dan M.Hatta.

Dua di antaranya, yakni Wahyana dan Qomarul Lailiah adalah guru sekolah negeri. Keduanya mendapat ucapan selamat dari Sang Menteri, Nadiem Makarim. “Setelah pelajar, kini giliran sosok guru yang berprestasi di ajang olahraga dunia. Terima kasih atas pengabdian Bapak Wahyana dan Ibu Lia yang berhasil menembus Olimpiade Tokyo 2020 sebagai wasit bulu tangkis,” katanya di Instagram.

Wahyana adalah guru sekolah menengah pertama 4 Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pria 54 tahun tersebut dipercaya menjadi wasit laga perebutan emas tunggal putri, antara Chen Yufei melawan Tai Tzu Ying pada 1 Agustus 2021. Mantan atlet Voli DIY memulai karier sebagai hakim garis bulu tangkis sekitar tahun 1998. Pada tahun 2006, ia menjadi wasit tingkat Asia dan pada 2012 meraih lisensi BWF.

Qomarul Lailiah atau disapa Lia juga merupakan seorang guru sekolah dasar di Surabaya. Guru bahasa Inggris SDN Sawunggaling I/382 Surabaya tersebut adalah satu-satunya perempuan Indonesia yang tersertifikasi BWF sebagai wasit kelas dunia.

Lia mengawali karier dari wasit tingkat daerah. Baru pada 2017 ia mendapatkan sertifikasi wasit tingkat dunia BWF. Kebijakan kesetaraan gender juga membantunya terlibat di Olimpiade. “Kaget juga sebetulnya dipanggil di Olimpiade, karena baru 2017 lalu (tersertifikasi), seharusnya belum. Ternyata memenuhi gender equality. Bersyukur masih dipercaya di Asia, bahwa Indonesia masih dipercaya. Saya pikir itu rezeki,” katanya.

Selain dua guru, ada juga Muhammad Hatta asal Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang telah menjadi BWF International Line Judge sejak 2017. Meski telah kantongi lisensi BWF, ia akui tak mudah terpilih untuk terlibat pada Olimpiade Tokyo 2020.

Lebih lanjut:

Berkuda Equestrian

Moelyono ketiga dari kiri (menggunakan topi dan masker hitam)

Moelyono menjadi wakil Indonesia yang membantu cabang olahraga berkuda Equestrian pada Olimpiade Tokyo 2020. Ia bertugas sebagai steward yang mana bertugas membantu juri. Ketika mayoritas Patriot Olahraga sudah kembali dari Tokyo, Moelyono menjadi yang paling akhir kembali, tanggal 11 Agustus 2021.

Pada Olimpiade kali ini, Moelyono merupakan satu-satunya yang mewakili Indonesia dari cabang olahraga berkuda. Tak mudah menurutnya untuk berangkat ke Tokyo.

“Selain kita punya sertifikat FEI, dibantu juga dengan event Federasi Equestian Internasional (FEI) di negara mana kita pernah ikut, baik itu SEA Games, Asian Games atau lainnya yang diakui/ terakreditasi FEI,” ungkapnya.

Moelyono juga sampaikan pentingnya kolega seperti juri (FEI), Chief Steward dan sebagainya. Melalui kolega tersebut, ia dapat mendapatkan rekomendasi untuk terlibat dalam event yang diakui FEI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *