Ditinggal Anggota Kehormatannya, Begini Pendapat Senior Wanadri

Jendral TNI (Purn.) Pramono Edhie Wibowo telah dimakamkan pada 14 Juni 2020 di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Sekitar pukul 14:00 WIB, almarhum dimakamkan dengan suatu upacara militer yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.

Kesedihan dirasakan banyak orang, salah satunya diungkapkan Presiden Joko Widodo mewakili masyarakat “Atas nama pemerintah dan masyarakat, saya mengucapkan turut berdukacita yang mendalam atas berpulangnya ke hadirat Allah SWT., Bapak Jenderal TNI, Pramono Edhie Wibowo, di usia 65 tahun.”, dikutip dari presidenri.go.id.

Mantan KASAD era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tidak hanya dikenal sebagai tokoh di militer namun juga berkaitan dengan olahraga. Pada 2011, ia sempat menjabat sebagai Ketua Dewan penasihat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).

Tak hanya itu, Pramono Edhie juga merupakan seorang anggota kehormatan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri. Dua orang senior Wanadri menceritakan sosok Pramono Edhie yang sempat menjadi pelindung Wanadri.

Senior Wanadri pertama yakni Othniel Mamahit yang jelaskan almarhum. Semasa hidupnya, Pramono Edhie sempat menjadi pembina olahraga pendaki gunung. Tak tanggung, ia menjadi pembina Ekspedisi Poligon untuk pendakian puncak gunung di Indonesia. Bahkan pada 1997 menurut Othniel, Sang Jenderal juga terlibat sebagai team leader Indonesia dalam ekspedisi gunung tertinggi di dunia yakni Everest.

“Selamat jalan Jenderal TNI (Purn.) Pramono Edhie Wibowo ke alam kedamaian, jasamu abadi.”, doa senior Wanadri yang akrab dipanggil Othy.

Foto di Everest tahun 1997

Senior Wanadri lainnya, Achmad Effendi Soen juga bercerita tentang sosok almarhum. Pertama kali Effendi melihat Pramono Edhie yakni pada 1981 di Pusdikpassus, Batujajar. Kedanya terlibat kegiatan terjun namun pada waktu dan tempat yang berbeda. “Dia sebagai Kopassus di Batujajar, saya anggota klub sipil Aves latihannya di Bandung.”, terang Effendi.

Pada 1997, Effendi Soen, Othy dan Pramono Edhie turut serta terlibat dalam ekspedisi Indonesia ke puncak Everest. “Beliau kan komandan lapangannya dan saya ahli medianya.”, jelas Effendi yang merupakan mantan jurnalis TVRI. Setelah ekspedisi ke Everest tersebut, ternyata komunikasi baik masih terjalin. “Saya beberapa kali diundang ngumpul di rumahnya reuni tim ekspedisi Indonesia ke puncak Everest.”, kenang Effendi.

Banyak kenangan yang diceritakan Effendi tentang pembina di perhimpunannya, Pramono Edhie. “Beliau selalu menggunakan truk Unimog ke Situ Lembang dan saya suka membicarakannya sambil santai.”, jelasnya. “Saya selalu dapat mengajak dia ngobrol sebagai pembina perhimpunan yang dihormati dan disegani, bukan sebagai jendral dan anak Sarwo Edhie yang saya kagumi.”, lenjut Effendi.

“Yang paling berkesan kepolosan dan ketulusannya saat pengangkatan beliau sebagai anggota kehormatan Wanadri di Situ Lembang.”, sambung Effendi ceritakan almarhum. Ketika pengangkatan tersebut, Effendi memberikan foto dirinya ketika bersama Sarwo Edhie yang mana ayah dari Pramono Edhie.

Saat foto tersebut diambil di kawasan Tangkuban Perahu, Effendi merupakan Ketua Wanadri dan almarhum Sarwo Edhie adalah pelindungnya. Foto tersebut mengabadikan momen ketika Sarwo Edhie menjadi inspektur upacara pelantikan Wanadri tahun 1983.

Foto yang diberikan Effendi ke almarhum

Almarhum Pramono Edhie tersentuh dengan foto yang diberikan Effendi. Menanggapi foto tersebut almarhum berkata,”waduh terima kasih, gua liatin Ibu gua bisa nangis nih. Saya sendiri bisa merasakan kenangan yang didapat dari foto itu.”, kenang Effendi akan kata-kata sang pembina yang telah pergi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *