Ketum PP.Pordasi Tinjau Pacuan Kuda Tradisional Joki Cilik di Dompu, NTB

Audiensi PP.Pordasi ke KPAI pada 16 Maret 2022 membahas Joki Cilik

Menindaklanjuti pertemuan dengan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Dr.Susanto beserta jajarannya beberapa hari yang lalu, Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP.Pordasi) Triwatty Marciano bersama pengurus Pordasi di NTB meninjau langsung pacuan kuda tradisional oleh Joki Cilik di Arena Pacu Lembah Kara, Desa Lapadi, Kabupaten Dompu, NTB.

Selain itu, hadir juga Letjen TNI Purn Marciano Norman, Bupati Dompu Abdul Kader Jaelani, Dandim 1614 Dompu Letkol Kav. Taufik, S. Sos dan jajarannya masing-masing.

Dalam tinjauan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2022, banyak fakta yang didapatkan Ketum PP.Pordasi. Kondisi ke depan harus lebih baik lagi, sehingga perlu dilakukan berbagai evaluasi demi kebaikan berbagai pihak.

Beberapa laga digelar sebagai eksibisi. Perlu diapresiasi bahwa arena pacuan kuda sudah dibatasi pagar agar penonton tertib, tidak masuk ke lintasan ketika kuda berpacu. Sekum Pordasi NTB, Malik jelaskan bahwa setiap laga tidak ada penonton yang masuk ke lintasan, baik itu latihan rutin maupun pertandingan.

Anak-anak yang duduk di tingkat SD, berusia 6-12 tahun melakukan eksibisi pacu kuda tradisional dengan arah berlawanan jarum jam. Satu kali berpacu, 8 Joki Cilik beraksi melintas arena sepanjang sekitar 1.200 meter.

Naik kuda dan bertanding menjadi kebanggaan bagi para Joki Cilik. Bupati Abdul Kader Jaelani jelaskan bahwa anak-anak kerap menangis sedih jika tidak diizinkan naik kuda.

Di antara para Joki Cilik ini, sebagian sudah tertib menggunakan helmet untuk melindungi kepala, namun sebagian lainnya belum. Helmet masih menjadi opsional bagi Joki Cilik, belum sebagai syarat.

Seluruh Joki Cilik belum menggunakan seragam, apalagi Body Protector. Tak hanya itu, mereka juga tidak menggunakan Saddle atau Pelana dan juga sepatu. Sampai saat ini berpacu tanpa Pelana merupakan kebanggaan bagi Joki Cilik sementara sepatu dianggap menyulitkan pengendalian.

Dengan menggunakan tongkat kecil, para Joki Cilik masih memecut kuda dengan keyakinan dapat memotivasi kuda berpacu lebih cepat, padahal hal tersebut dilarang karena menyiksa kuda. Di tambah, beberapa kuda yang digunakan masih berusia di bawah 1 tahun, yang mana ketentuan minimalnya 2 tahun.

Beberapa nomor pertandingan di Dompu sendiri mengacu pada tinggi kuda dan gigi sebagai pertanda usia. Joki tidak menjadi syarat. Beberapa contoh antara lain;

  • TK, tinggi di bawah 112 cm, gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • OA, tinggi 112-116 cm, gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • OB, tinggi 116-120 cm, gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Tunas Harapan B, tinggi 120-122 cm, gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Tunas B, tinggi 122-124 cm, Gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Tunas C, tinggi 124-128 cm, Gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Kelas C, tinggi 128-130 cm, Gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Kelas D, tinggi 130-135 cm, Gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Kelas E, tinggi 135-140 cm, Gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Tunas Harapan A, tinggi di bawah 119 cm, gigi susu tengah mulai berganti,
  • Tunas Harapan B, tinggi 118-122 cm, gigi seri/gigi susu belum berganti,
  • Kelas Dewasa A, tinggi di bawah 119 cm, gigi pinggir telah berganti 3 atau semua,
  • Kelas Dewasa B, tinggi 119-124 cm, gigi pinggir telah berganti 3 atau semua,
  • Kelas Dewasa C, tinggi 124-129 cm, gigi pinggir telah berganti 3 atau semua,
  • Kelas Dewasa D, tinggi 129-134 cm, gigi pinggir telah berganti 3 atau semua,
  • Kelas Dewasa E, tinggi 134-139 cm, gigi pinggir telah berganti 3 atau semua,

Secara pertandingan, para Joki Cilik terbilang kerap berlaga. Setiap minggu, Joki Cilik dua kali latihan. Tak jarang pemilik kuda memberikan apresiasi atas kinerja Joki Cilik yang telah memacu kuda mereka. Kompetisi besar digelar sekitar dua bulan sekali yang melibatkan Joki Cilik beserta kuda-kudanya, dari NTB dan bahkan NTT, tidak hanya dari Dompu.

Di luar itu, setiap ulang tahun kota/kabupaten di Nusa Tenggara, kompetisi Pacuan Kuda Tradisional diselenggarakan untuk memperingati.

Perlahan tapi pasti, perbaikan harus dilakukan. Merujuk hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pordasi 2022, telah disetujui adanya beberapa Sub Komisi di bawah Komisi Pacu, salah satunya Sub Komisi Pacuan Tradisional yang akan mengakomodir pacuan kuda yang telah mengakar di masyarakat.

Peraturan Organisasi (PO) mengenai pacuan tradisional segera dibuat yang mengatur penyelenggaraan pertandingan di Tanah Air. Pasalnya, aturan pacuan kuda tradisional di Indonesia sangat beragam antara di daerah yang satu dan lainnya.

Kelak ketentuan diterapkan guna keselamatan manusia dan kesejahteraan kuda. Joki Cilik wajib menggunakan Helmet, Body Protector, Sepatu, dan perlengkapan lainnya. Kewajiban tersebut menjadi syarat pertandingan yang akan diatur pada PO.

Joki yang belum mahir tidak boleh dipaksa ikut bertanding. Di sisi lain, akan ada pelatihan dan sertifikasi dasar bagi Joki Cilik. Adapun jumlah maksimal menjalani pertandingan dalam satu hari juga akan ditentukan guna menjaga kesehatan dan keselamatan.

Selain itu, kuda pun wajib diperhatikan, mulai dari sepatu, lintasan yang sesuai standar, usia minimal kuda 2 tahun dan juga jumlah laga yang diikutinya, sebab kuda memiliki batasan stamina.

Sarana dan prasarana juga tak luput dari perhatian PO tersebut. Landasan (ground) yang akan digunakan kuda harus steril dari batu. Kemudian, ada starting gate yang layak serta tanda finish. Tak ketinggalan, kehadiran Steward terlatih juga harus ada.

Harapannya ke depan, keselamatan Joki dan penonton dapat dijamin, serta kesejahteraan kuda juga terwujud.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *