Atlet Bisa Terkena Doping Jika Tidak Hati-Hati Beli Suplemen Online

Sistem pembelian online atau Dalam Jaringan/Jaring memang memudahkan dalam mendapatkan produk. Tak hanya mudah dan cepat, belanja online terkadang juga lebih murah. Namun begitu, ada potensi masalah yang bisa timbul jika tidak hati-hati.

Potensi tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Drs Twisyono,MM saat melakukan sosialisasi dan edukasi anti Doping bersama Indonesia Anti-Doping Organization (IADO) di Hotel Novotel Lampung, Senin 31 Oktober 2022. Twisyono ingatkan agar berhati-hati dan berkonsultasi dengan dokter bila membeli suplemen.

“Sekarang kan sudah sistem online dan bisa dengan mudah mendapatkan suplemen dan ada kemungkinan karena ada penawaran harga yang lebih murah, maka ini bisa menjadi penjerat doping meskipun tidak ada unsur kesengajaan. Bisa saja obat yang expired. Ini berbahaya, karena ini perlu perhatian pelatih dan bidang medis serta pengurusnya,” katanya dalam sosialisasi dan edukasi.

Adapun kegiatan tersebut adalah buah dari kerja sama KONI Pusat dan IADO dalam mengupayakan Indonesia Berprestasi Tanpa Doping. Catatan Doping pada Pekan Olahraga Nasional (PON) disinggung oleh Twisyono. Ia sayangkan ketika PON di Kalimantan Timur pada 2008 sudah meraih predikat Zero Doping, PON XVIII/2012 Riau, terdapat 7 atlet terpapar Doping, kemudian PON XIX/2016 di Jawa Barat terjadi peningkatan menjadi 12 orang dan pada PON XX/2021 Papua tercatat 5 atlet.

Oleh karenanya KONI Pusat bersama IADO melakukan kampanye anti Doping ke seluruh anggota KONI Pusat di seluruh provinsi, salah satunya Lampung. “Ini merupakan tindakan cepat dari kami untuk segera menghentikan kembali kegiatan doping ini. Selain merugikan prestasi atlet, juga kesehatannya. Prestasi diperoleh tidak sportif tidak boleh diberi toleransi, maka dari itu KONI dan IADO segera melakukan sosialisasi ini dengan harapan menghentikan secara total, dan memberikan edukasi jangka Panjang anti Doping ini,” katanya.

“Kalau atlet sudah paham bahwa obat-obatan yang masuk dalam daftar Doping itu selain ilegal juga berbahaya, maka ke depan akan terus meningkat kesadaran untuk menjauhi Doping ini,” ujarnya berharap pemahaman atlet yang lebih baik.

“Harapan kami, mulai PON di Sumut-Aceh 2024, Indonesia akan Kembali zero doping,” tambahnya pada kegiatan yang dihadiri KONI Provinsi Lampung seperti ketua harian Hanibal dan Sekum Subeno, dengan peserta dari atlet dan pelatih serta beberapa pengurus cabang olahraga. Adapun narasumber dari IADO adalah Sekjen IADO dr Eka Wulansari, MARS dan Asisten Direktur Edukasi IADO dr Dewi Putri Susanti, M.Si. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *